REPUBLIKA.CO.ID, Ketika usianya menginjak 20 tahun dan sudah berstatus sebagai mahasiswi, doa Julianne yang ingin mendalami Islam terkabul. Ia mendapat kabar di sekitar lingkungannya dibangun sebuah masjid. Untuk memastikan kabar itu, ia menelepon wanita yang memberinya Alquran dan menanyakan tentang masjid yang baru dibangun di dekat rumahnya.
Sebelum berdiri rumah ibadah itu, masjid terdekat di daerahnya tinggal harus ditempuh selama 45 menit hingga satu jam perjalanan. Berdirinya masjid itu membuatnya amat bahagia. Julianne pun memutuskan untuk mengulang syahadatnya sebagai seorang Muslim, tepat pada bulan Ramadhan.
Ia pun berkomitmen akan mendalami Islam dan tidak lagi peduli dengan larangan kedua orangtuanya. ‘’Saya merasa seperti Nabi Yunus yang berada di perut ikan paus. Namun saya bertekad untuk keluar dari kebiasaan buruk itu,’’ kenangnya.
***
Julianne pun mulai memakai hijab, meski kedua orangtuanya melarang. Iman dalam hatinya sudah mantap. Islam adalah jalan hidupnya. Ia sudah tak lagi menghiraukan perintah kedua orangtuanya untuk meninggalkan Islam.
Agar bisa mengenakan jilbab, terkadang Julianne memakainya di mobil. Ibunya sangat kecewa. ‘’Ia mengatakan aku seperti seorang wanita tua, ketika aku mengenakan hijabku. Ketika ia berusaha mengambil hijab itu dari kepalaku, aku memukulnya. Astaghirullah,’’ tuturnya.
Julianne benar-benar mengalami kehidupan yang berat pada saat itu. Sang ibu menilai dirinya telah membuat malu keluarga. Ibunya mengatakan tidak ingin melihat Julianne di kota tempatnya tinggal.
Ia akhirnya tinggal di rumah neneknya. Lagi-lagi Julianne mengalami kesulitan. Ketika sedang menunaikan shalat, sang nenek berteriak padanya, "Tidakkah kau mendengarku ketika aku berbicara denganmu?"
Mereka menertawakan dan mengolok-oloknya ketika membaca Alquran. Kakeknya, bahkan tidak mau lagi berbicara dengannya. Ibunya sempat membawa Julianne ke seorang psikoterapi. Ia pun diberi obat psikotik. Tentu saja ia tidak mau memakannya, justru membuangnya.
***
‘’Satu-satunya hal yang dapat ku lakukan agar keluar dari kesulitan ini adalah dengan menikah,’’ tuturnya. Julianne pun mengganti namanya menjadi Noora Alsamman. Pernikahannya pun dilalui dengan sejumlah hambatan.
Ia bertemu dengan seorang Muslim dari Damaskus, Suriah. Sang ibu tidak menyetujui pernikahannya dengan calon suaminya. Julianne memutuskan untuk menikah secara Islam. Hal inilah yang membuat ibunya tidak setuju. Selain itu, suaminya juga adalah seorang Muslim.
‘’Ibu ingin aku menikah dengan seorang Kristen dan melaksanakannya di gereja," tuturnya. Ia ingin melihat anaknya memakai gaun putih dan pernikahan tersebut disahkan di gereja.
Keteguhan hatinya pada Islam membuat pernikahan itu akhirnya berjalan dengan lancar, meskipun sang ibu terus berusaha membatalkannya. Sang ibu memaksa Julianne untuk berpacaran terlebih dahulu dengan suaminya agar mereka saling mengenal.
Setelah menikah, Julianne alias Noora pindah dari Atlanta ke Houston. Setahun kemudian mereka dikaruniai seorang putra bernama Yousuf. ‘’Alhamdulillah, saya berharap, insyaallah bisa pindah ke Madinah,’’ katanya.
Di akun facebooknya, Noora memadukan nama asli dengan nama Islamnya menjadi Julianne Noora Scasny Alsamman. Status-statusnya diisi dengan pesan-pesan keislaman dan rasa syukurnya menjadi seorang Muslimah.