REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Partai-partai muslim saat ini seakan tak percaya diri dengan jati diri keislamannya. Meningkatnya jumlah umat Islam berbanding terbalik dengan dukungan pada partai Islam.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Burchanuddin Muhtadi mengatakan, salah satu penghambat pembangunan peradabaan Islam adalah partai-partai Islam yang mulai kehilangan jati dirinya. Saat ini partai-partai Islam yang ada seakan semakin tidak PD dengan keislamannya. Padahal partai-partai yang berideologi di luar Islam justru semakin menunjukkan keislamannya.
Padahal menurut riset dari Lembaga Survey Indonesia, ada tren baru yang terjadi di Indonesia, yakni dari sisi sosiologis kaum muda Indonesia semakin religius.
"Born again muslim," ujar Burchanuddin saat menyampaikan materi pada Seminar Membangun Peradaban Islam yang diselenggarakan Organisasi Masa Hidayatullah, Sabtu (28/1).
Melihat kebelakang menurut Burchanuddin, sebelum tahun 1980an di Indonesia sulit menemukan kebudayaan Islam. Penggunaan jilbab masih sulit, siaran televisi Islam masih sulit, dan lain-lain. Tapi saat itu dukungan terhadap partai Islam lebih dari 40 persen. Sementara saat ini justru berkebalikan, ketika budaya Islam mudah diterima masyarakat dukungan terhadap partai-partai Islam justru menurun.
Secara elektual, meningkatnya jumlah umat Islam tak berbanding lurus dengan dukungan pada partai Islam saat ini. Sejak 2009 Indonesia seakan didera political disaster bagi partai-partai Islam. Hanya 30 persen dukungan untuk partai Islam di Indonesia saat ini, kalah jauh dengan dukungan untuk partai nasionalis.
"Daya tarik partai politik Islam kurang bisa menarik simpati mungkin," ujar Burchanuddin.