REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat pada Senin (29/1) mengatakan menggunakan pesawat tak berawak tanpa senjata untuk melindungi diplomatnya di luar negeri, dan harian The New York Times melaporkan program itu memicu kemarahan pejabat senior Irak.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Victoria Nuland, mengatakan biro keamanan diplomat mempunyai program untuk menggunakan pesawat kecil yang dikenal sebagai kendaraan udara (UAVs). Pesawat itu digunakan untuk mengambil gambar fasilitas dan personil AS di luar negeri.
Dalam pertemuan hariannya, Nuland menolak mengatakan di mana pesawat tak berawak tersebut ditempatkan atau di mana akan digunakan. Pada laporan tahunan biro keamanan diplomatik dikatakan mereka akan menyukseskan percobaan itu di Irak.
Harian The New York Times --yang pertama kali melaporkan program itu-- mengatakan Kementerian Luar Negeri mulai mengoperasikan beberapa pesawat tak berawak di Irak pada tahun lalu dalam basis percobaan dan meningkatkan perlengkapan setelah hengkangnya prajurit Amerika dari Irak pada Desember.
Koran itu mengutip pejabat senior AS yang mengatakan perundingan merupakan cara yang tepat unntuk mendapatkan izin operasi pesawat tak berawak ini di Irak.
Bagaimanapun koran itu melaporkan tiga pejabat senior Irak -- penasihat Perdana Menteri Nuri Al Maliki, penasihat keamanan nasional Irak, dan menteri dalam negeri -- mengatakan dalam wawancara itu mereka tidak pernah diajak bicara.
Victoria Nuland berulangkali membantah apa yang ditudingkan itu, dia mengatakan pemerintah telah mendapatkan izin dari pemerintah Irak untuk menerbangkan pesawat tak berawak itu. Dia menambahkan pihaknya selalu berkonsultasi dengan pemerintah asing dalam mengambil langkah untuk melindungi diplomat AS.
"Kami memiliki kendaraan udara tak berawak yang digunakan Kementerian Luar Negeri. Ini hanya langkah kecil. Pesawat itu tidak bersenjata dan tidak diperkenankan bersenjata," kata Victoria.
"Apa yang mereka rancang untuk membantu kami mendapatkan gambar seluruh fasilitas dan membantu perlindungan diplomat itu," kata dia sembari menambahkan program itu terbatas dan hanya boleh dilakukan di tempat yang menghadapi ancaman kritis.
Saat ditanyakan berapa luas pesawat tak berawak itu, Victoria Nuland merenggangkan tangannya dan mengatakan sekitar 2 kaki atau 0,6 meter. Sebuah foto dalam laporan tahunan biro keamanan diplomat menunjukkan seseorang laki-laki memegang satu pesawat itu dan mempunyai panjangnya sekitar 4 atau 5 kaki atau 1,2 atau 1,5 meter.
Selain untuk terbang di atas fasilitas seperti kedutaan, pesawat itu dapat digunakan untuk melacak rute dan perjalanan diplomat-diplomat AS ke suatu negara.
The New York Times juga memasang tautan ke pemerintah AS tawaran tender kepada perusahaan untuk mendukung penyediaan kendaraan udara (UAV) tak bersenjata selama lima tahun.
"Misi dari program UAV ini untuk menyediakan instalasi pengamatan udara yang "real-time", rute gerakan yang diusulkan, operasi dan acara khusus. Dengan demikian mampu meningkatkan keamanan pada ancaman tinggi di lingkungan itu," kata dia.
Kedutaan Irak di Washington tidak tersedia berkomentar. Panggilan telepon ke bagian media kedutaan dan resepsionis tidak diangkat.
Saat ditanyakan, apakah pemerintah Irak mengeluhkan program itu, Victoria Nuland menjawab bahwa dirinya tidak memiliki informasi apapun pada saat ini, demikian dikutip dari Reuters.