REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK -- Kelompok masyarakat sipil di seluruh AS meminta penyelidikan terhadap pertemuan intelejen yang membahas Muslim Syiah di Departemen Kepolisian New York NYPD.
Keluhan itu muncul setelah sebuah memo internal menganjurkan masyarakat untuk meningkatkan pengawasan terhadap komunitas Syiah. Kelompok Muslim berkumpul di dekat kantor pusat kepolisian pada Jumat (3/2) untuk memprotes memo surat yang dikeluarkan NYPD.
Pejabat penting polisi bersikukuh bahwa polisi hanya mengikuti perintah. Surat internal, yang merupakan bagian dari sebuah laporan tahun 2006, merekomendasikan peningkatan tindakan untuk memata-matai pusat Muslim dan masjid Syiah.
Surat itu ditujukan kepada Komisioner Polisi Ray Kelly. Kamis lalu, Kelly menyebut surat itu merupakan "rencana darurat" dalam kasus konflik militer antara AS dan Iran, meskipun hal itu tidak disebutkan dalam dokumen.
Laporan dipublikasikan oleh Associated Press sebagai bagian dari laporan seri reaksi NYPD terhadap terorisme. Sebelumnya, komisioner polisi mendapatkan kritikan setelah muncul dalam film kontroversial tentang Muslim "The Third Jihad."
Dalam surat kepada Jaksa Agung Eric Schneiderman, 33 kelompok mengatakan bahwa surat internal yang berhasil dibongkar itu "merusak citra NYPD" terutama dalam melakukan pendekatan terhadap komunitas Muslim yang tengah mengukir kepercayaan dan keyakinan publik.
"NYPD harus bertanggungjawab atas praktik kebijakan diskriminatif yang menjadi sorotan dan mendesak," seperti disampaikan dalam surat tersebut. Kantor Schneiderman tidak memberikan komentar terhadap surat tersebut.
Salah satu institusi yang disebut dalam surat NYPD adalah masjid Bait-ul-Qaim di New Jersey. Pemimpin masjid Asad Sadiq mengatakan, kebijakan kepolisian dapat dikenali dibandingkan dengan FBI, yang melakukan pertemuan dengannya untuk membahas masalah keamanan.
Sadiq mengatakan NYPD akan disambut lebih baik di masjidnya jika mereka datang secara terbuka seperti yang dilakukan FBI. "Hanya karena kami satu agama tidak berarti kami akan bertindak dan membahayakan AS," kata dia kepada Associated Press. " Ini tidak masuk akal."