REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Sebuah laporan baru oleh Institut Thomas B. Fordham menunjukkan sebagian besar negara bagian di AS memiliki standar ilmu sains yang semakin rendah. Beberapa negara bagian bahkan hanya menstandarkan nilai D atau F di sekolah wilayah tersebut. Dan sisanya, lebih dari 75 persen hanya menstandarkan nilai C. Hanya enam negara bagian, termasuk Washington DC, yang menstandarkan nilai diatas C.
Layaknya di Indonesia, yang menjadi permasalahan di AS untuk pendidikan sains saat ini adalah standar nilai. Standar nilai diberikan kepada standar sains negara, bukan hasil dari ilmu pengetahuan yang sebenarnya atau hasil dari pendidikan. Tapi standar ini didasarkan dari semua program ilmu pengetahuan.
Seorang Ilmuwan AS mengatakan, negara harus merumuskan standar sendiri, dan banyak penelitian telah menemukan bahwa standar tinggi adalah langkah awal menuju prestasi siswa yang tinggi.
Sebaliknya, dalam studi laporan tersebut, menjelaskan bahwa standar nilai yang biasa-biasa saja akan menggambarkan AS dalam bahaya di masa yang akan datang. "Yaitu kepemimpinan dan daya saing nasional, kecakapan teknologi dan pemahaman ilmiah yang rendah," jelas laporan itu.
Dalam studi itu juga menyebutkan empat bidang kelemahan dalam pendidikan sains siswa AS. Diantaranya, pengajaran Biologi tentang evolusi, matematika yang lemah dan keengganan siswa mempelajari fisika dan kimia.
Saat ini AS masih menduduki peringkat tertinggi untuk kualitas pendidikan. Peringkat yang dirilis pada bulan Desember tahun 2010 oleh Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan menunjukkan AS menempati urutan standar di rata-rata zona, namun jauh setelah negara-negara seperti Cina, Finlandia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Kanada dan lainnya.