REPUBLIKA.CO.ID, Nama lengkapnya adalah Hasan Ahmad Abdurrahman Al-Banna. Ia adalah seorang mujahid dakwah, peletak dasar-dasar gerakan Islam sekaligus sebagai pendiri dan pimpinan Ikhwanul Muslimin (Persaudaraan Islam). Karena perannya ini ia mendapat julukan Pembaharu Islam Abad ke-20.
Ia memperjuangkan Islam menurut Alquran dan Sunnah. Perhatiannya sangat besar terhadap upaya meluruskan pemahaman Islam dan mengembalikan nilai-nilai ajaran Islam yang telah dibuang oleh umat Islam sendiri.
Mereka menginginkan aqidah tanpa syariah, agama tanpa negara, kebenaran tanpa kekuatan, perdamaian tanpa perjuangan. tetapi Al-Banna, menginginkan Islam sebagai aqidah dan syariah, agama dan negara, kebenaran dan kekuatan, perdamaian dan perjuangan.
Suatu saat dia ditanya oleh seseorang dan si penanya mengharapkan Hasan Al-Banna menjelaskan tabiat dirinya. Al-Banna berkata, "Saya adalah seperti seorang pelancong yang sedang mencari kebenaran, orang yang mencari jati diri yang sebenarnya, warga negara yang mendambakan kemuliaan, kemerdekaan, ketenteraman, kehidupan yang mudah di bawah naungan agama Islam yang lurus. Saya berusaha untuk menerapkan Islam yang sebenarnya."
Hasan Al-Banna kemudian meneruskan pembicaraannya, "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku adalah untuk Tuhan alam semesta yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Inilah diri saya yang sebenarnya... Sekarang siapa diri Anda yang sebenarnya?"
Hasan Al-Banna berusaha dengan gigih memberikan penjelasan kepada umat bahwa politik merupakan bagian dari Islam, dan sesungguhnya kemerdekaan adalah salah satu kewajibannya. Dia juga memberikan perhatian yang besar untuk membentuk generasi muda Muslim yang istiqamah terhadap dirinya sendiri, Allah sebagai tujuannya, Islam jalannya, dan Muhammad sebagai teladannya.
Untuk itu, menurut dia, para generasi muda Islam haruslah memahami Islam secara mendalam, memiliki iman yang kuat, menjalin hubungan yang erat satu sama lain, mengamalkan ajaran itu dalam dirinya sendiri, bekerja dan berjuang untuk mencapai kebangkitan Islam, serta berusaha mewujudkan kehidupan yang Islami di masyarakatnya.
Guna mencapai tujuan tersebut, menurut Al-Banna, umat Islam tidak boleh terpecah belah. Oleh sebab itu, dia tidak memunculkan isu-isu yang dapat memecah belah barisan kaum Muslimin dan membagi-bagi manusia menjadi berbagai kelompok dan golongan. Untuk itu, dalam pandangannya, umat Islam harus disatukan dalam satu landasan Islam yang universal.
Dalam catatan hariannya disebutkan bahwa kesadaran untuk itu telah ada sejak masa mudanya. Hasan Al-Banna dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1906 di Desa Mahmudiyah kawasan Buhairah, Mesir. Ayahnya, Syaikh As-Sa'ati, adalah seorang ulama hadits dan pengarang buku dalam bidang hadits yang berjudul Al-Fath Ar-Robani fi Tartib Musnad Al-Imam Ahmad. Ia memperoleh pendidikan dasar di sekolah Ar-Rasyad Ad-Diniyah. Pada usia 12 tahun, Hasan al-Banna telah menghapal Alquran.