Selasa 07 Feb 2012 17:17 WIB

Bila SBY 'Comot' Koruptor di Kabinet, Semua Partai Kena

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat memberikan keterangan pers soal Partai Demokrat di kediaman pribadi Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ahad (5/2).
Foto: Antara/Widodo S Jusuf
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat memberikan keterangan pers soal Partai Demokrat di kediaman pribadi Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ahad (5/2).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak menyinggung kasus korupsi yang menjerat jajarannya di kabinet atau pun di partainya. Menurut pakar hukum pidana dari Universitas Indonesia, Ganjar Laksamana, bila SBY peduli pada upaya pemberantasan korupsi, maka ia akan mendorong Komisi Pemberantasan Korupsi untuk menindak jajarannya di kabinet dan tak hanya terfokus pada ketua umum DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, saja.

“Sebaiknya SBY harus memanfaatkan momen itu untuk berbicara yang luas, bukan hanya masalah Anas. Ini bicara panjang lebar yang kena dan disinggung Anas saja, tentunya ini menimbulkan kecurigaan ada 'udang dibalik udang',” ujar Ganjar, Selasa (7/2).

 

Dia berpendapat, SBY sebenarnya lebih peduli pada isu mengenai kemerosotan partainya. Soalnya, kata dia, jika memang  peduli pada korupsi, SBY seharusnya menyebut juga jajarannya yang terlibat korupsi. Ganjar berpendapat, sepertinya SBY mempertimbangkan keutuhan kabinetnya. "Kalau mau diambil semua, maka seharusnya semua partai keambil, karena semua partai terlibat di pangkalnya, yaitu di Badan Anggaran (Banggar) DPR. Kalau masuk semua, maka tidak ada lagi partai di Indonesia. Ini berbahaya dan oleh karena itu harus dilokalisir,” tegasnya.

 

Pihaknya juga mengingatkan SBY untuk tidak menggunakan jargon pemerintah yang berhasil memberantas korupsi. ”Kalau yang menangkap KPK, jangan lagi mengeklaim itu sebagai keberhasilan pemerintahan SBY-lah. KPK kan bukan sub ordinat presiden,” tegasnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement