Rabu 08 Feb 2012 20:00 WIB

Bagaimana Membaca Filsafat Islam (2-habis)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Filsafat Islam (ilustrasi).
Foto: students.ou.edu
Filsafat Islam (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Menurut Ibnu Rusyd, cerita-cerita itu hendaknya tak perlu ada dalam karya-karya filsafat, karena cerita-cerita tersebut lebih tepat digunakan di dalam menjelaskan sesuatu kepada orang-orang awam yang tidak dapat menghargai kekuatan argumen rasional.

Dengan berpijak pada prinsip bahwa para filsuf hendaknya tetap berpegang teguh pada dasar pemikiran yang bersifat demonstratif, maka cerita-cerita seperti itu hendaknya ditangguhkan saja.

Argumen seperti ini, tambahnya, dapat dipergunakan jika memang tidak ada lagi argumen lain yang dapat diberikan, dan agar memberi tempat pada Plato yang merasa tak dapat menciptakan cara yang lebih meyakinkan dan lebih rasional.

Contoh lainnya adalah mengenai hakikat Tuhan. Bila dalam pemikiran Aristoteles, Tuhan dipahami hanya sebagai penggerak pertama bagi gerakan alam materi, atau sebagai penggerak yang tidak bergerak, maka dalam filsafat Islam, Tuhan dipahami sebagai pencipta alam semesta.

Bila dalam filsafat Aristoteles, Tuhan dipahami sebagai wujud yang hanya mengetahui diri-Nya sendiri dan tidak mengetahui selain-Nya, maka dalam filsafat Islam, Tuhan dipahami tidak hanya demikian. Selain mengetahu diri-Nya, Tuhan juga mengetahui segenap alam yang diciptakan-Nya.

Bila dalam filsafat Yunani dapat dijumpai paham hancurnya jiwa manusia bersama hancurnya badan, seperti yang diuraikan dalam filsafat Aristoteles dan Demokritos, atau paham reinkarnasi jiwa manusia, seperti pada filsafat Pitagoras dan Plotinus, maka dalam filsafat Islam tidak dijumpai kedua paham itu.

Dalam filsafat Islam dikembangkan konsep bahwa jiwa manusia tidaklah hancur bersama hancurnya badan, tidak pula mengalami reinkarnasi, tapi kekal dalam kebahagiaan bila suatu waktu ia berpisah dari badan dalam keadaan suci. Dan harus mengalami penderitaan bila dalam keadaan kotor.

Jadi, filsafat klasik Islam bukanlah sekedar filsafat Yunani yang diberi baju Islam. Filsafat Yunani mengalami pengembangan atau islamisasi di tangan para filsuf Muslim. Para filsuf Muslim itu meyakini bahwa filsafat yang mereka tampilkan atau yang mereka bangun adalah filsafat yang sejalan, atau tidak bertentangan dengan kebenaran firman Tuhan yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement