REPUBLIKA.CO.ID, Selama 28 tahun, kota Adana berada dalam kendali dan kekuasaan Dinasti Seljuk. Hingga pada 1097, kota itu direbut oleh pasukan Tentara Perang Salib pada 1097. Pada 1132, wilayah itu direbut oleh pasukan Kerajaan Armenia di Sicilia yang dipimpin Raja Leo I.
Kerajaan Bizantium kembali menguasai kota Adana pada 1137 M. Kerajaan yang berpusat di Sicilia kembali merebut kembali wilayah itu pada 1170 M. Pada 1268, kota Adana sempat diluluh-lantakan oleh bencana gempa bumi. Bangunan-banguna di kota itu sempat hancur.
Kota Adana dibangun kembali oleh Kerajaan Sicilia hingga 1359. Wilayah itu kembali menjadi bagian dari kekuasaan Islam setelah Konstantinus III menyerahkannya kepada Sultan Mamluk di Mesir sebagai imbalan untuk memperoleh perjanjian damai. Sejak saat itu, kota Adana berada di bawah kendali Dinasti Mamluk.
Pada zaman kekuasaan Mamlik, banyak keluarga yang berasal dari Turki datang dan menetap di kota itu. Salah satunya adalah keluarga Ramazanoglu. Keluarga itu memerintah Adana, sebagai perwakilan Dinasti Mamluk. Kekuasaan mamluk di Adana berakhir ketika Kesultanan Turki Usmani mencaplok wilayah tersebut.
Sejak berakhirnya Renaisans di Eropa hingga memasuki zaman modern (1517-1918), wilayah Adana dikuasai Kerajaan Ottoman atau Turki Usmani. Pada 1830, guna mengamankan kemerdekaan Mesir dari Turki Usmani, pasukan Muhammad menyerang Suriah sebanyak dua kali dan mencapai dataran Adana.
Para tentara Muhammad Ali Pasha sempoat menghancurIstana Adana dan tembok-tembok kota. Ini merupakan serangan terbesar terhadap kota Adana sepanjang sejarah. Kota Adana kembali ke pangkuan Kesultana Turki Usmani atas desakan Inggris, Austria, Rusia dan Prusia. Sejak itu, Adana menjadi sebuah provinsi yang menjadi bagian dari Kesultanan Ottoman. Hingga berakhirnya kekuasaan Kesultanan Ottoman, kota Adana kemudian menjadi bagian dari Republik Turki