Ahad 12 Feb 2012 00:56 WIB

Peringatan Setahun Tumbangnya Mubarak Disambut Dingin

Seorang pengunjuk rasa, keluarga korban yang tewas dalam Revolusi Mesir, membentangkan poster bergambar mantan Presiden Hosni Mubarak dengan latar belakang tali gantungan bertuliskan hukum rakyat.
Foto: Al-Ahram
Seorang pengunjuk rasa, keluarga korban yang tewas dalam Revolusi Mesir, membentangkan poster bergambar mantan Presiden Hosni Mubarak dengan latar belakang tali gantungan bertuliskan hukum rakyat.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Peringatan satu tahun jatuhnya rezim Mesir pimpinan Presiden Hosni Mubarak pada Sabtu (11/2), diperingati dengan seruan mogok massal di seantero negeri. Sayang, seruan itu disambut dingin oleh warga.

Pasar, toko, pompa bensin, angkutan umum, kereta api dan suasana di Ibukota Kairo tampak berjalan seperti biasa. Pemogokan yang diserukan sebagian kelompok pro demokrasi seperti "Gerakan 7 April", "Pemuda Revolusi," dan "Aliansi Revolusi Belum Berakhir" tersebut menuntut Dewan Tertinggi Militer (SCAF) segera menyerahkan kekuasaan kepada sipil.

Ketua SCAF, Marsekal Mohamed Hussein Tantawi, mengambil alih kekuasan sejak Mubarak mengundurkan diri pada 11 Februari 2011, atau 18 hari setelah pemberontakan rakyat.

SCAF dianggap mengulur-ulur waktu penyerahan kekuasaan, kendati telah berjanji untuk menyerahkan kekuasaan kepada presiden terpilih pada akhir Juni 2012. Sejauh ini, pemilu presiden belum dijadwalkan. Namun, pembukaan pendaftaran calon presiden telah ditetapkan pada 10 Maret mendatang.

Tanggapan dingin seruan mogok itu disebabkan karena mayoritas kekuatan politik seperti Ikwanul Muslimin (IM), Salafi dan Al-Wafd, menolak keras pemogokan tersebut. "Pemogokan hanya semakin memperburuk ekonomi Mesir. Masyarakat harus menolaknya," kata Mursyid (Pemimpin Puncak Ikhwanul Muslimin), Muhammad Badie.

Koran berpengaruh Mesir, Al-Ahram, dalam laporan utamanya di halaman muka menampilkan judul "Masyarakat Tolak Pemogokan". Surat kabar Ikhwanul Muslimin, Al-Hurriyah Wal Adalah, juga melaporkan bahwa para buruh dan petani menolak mogok massal. Begitu pula para pekerja angkutan umum, rumah sakit, ambulans, kereta api, bandar udara dan pelabuhan laut, tetap bekerja seperti biasa.

Pro-kontra seruan mogok massal itu tampak mengemuka sehari sebelumnya, seusai shalat Jumat (10/2), di berbagai masjid yang biasa menjadi sasaran unjuk rasa di seantero Mesir. Di masjid-masjid utama Kairo seperti Masjid Al-Azhar, Masjid Al-Fatah di Ramses, Masjid An-Nur di Abbasiyah dan Masjid Rabiah Adawiyah di Madinah Nasr, terjadi unjuk rasa damai dari kelompok pro dan kontra seruan mogok umum.

Pelopor pemogokan juga menuntut mantan Presiden Mubarak untuk segera dihukum mati, karena dianggap merusak Mesir dengan korupsi dan penyelewengan kekuasaan sepanjang 30 tahun sejak 1981.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement