REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Keluarga 'SM' (12), korban penusukan sesama teman sekolah dasar (SD), khawatir tidak bisa membayar biaya pengobatan di Rumah Sakit (RS). Kekhawatiran ini cukup beralasan, Sukino (45), ayah korban, hanya berprofesi sebagai tukang pijat tuna netra keliling.
Rudi Yulianto (23), kakak laki-laki 'SM' menceritakan bagaimana kekhawatiran keluarga akan biaya RS yang pastinya mahal. Rudi mengatakan, Sukino sang ayah sehari-hari berkeliling disekitar kawasan blok M mencari pelanggan untuk dipijat. Menurut Rudi, penghasilan ayahnya yang pas-pasan setiap hari, hanya cukup untuk menafkahkan keluarga.
"Dengan kondisi adik saya seperti ini tentunya lebih memberatkan bagi kami," ujar Rudi, kepada Republika.co.id, Sabtu (18/2). Selama perawatan awal, biaya memang telah ditanggung oleh pihak polisi, namun dengan kondisi 'SM' yang masih terkulai lemas setelah mengalami delapan tusukan. Rudi yakin biaya pengobatan sampai sang adik pulih kembali, pasti tidaklah murah.
Korban 'SM', pada Jumat (17/2) pagi ditusuk oleh teman sekolahnya, 'A' (13). Alasan, pelaku 'A' menusuk 'SM' karena tidak terima pencurian hp yang dilakukannya dilaporkan ke pihak guru. Akhirnya sebelum guru mengambil tindakan padanya, pelaku 'A' berinisiatif membalas dendam dengan korban 'SM' yaitu menusuknya hingga tak sadarkan diri.
Korban 'SM' saat ini dirawat di ruang teratai 324, RS Fatmawati, Jakarta Selatan. Hingga sekarang korban masih belum sadarkan diri setelah menjalami operasi jahitan luka tusukan. Sedangkan pihak keluarga mencemaskan bagaimana melunasi seluruh biaya pengobatan. Rudi, sang kakak pun mengharapkan kerelaan apabila ada bantuan dana untuk meringankan beban biaya pengobatan adiknya.