Rabu 29 Feb 2012 03:51 WIB

Iran: Senjata Nuklir Langgar Nilai Kemanusiaan, tak Mungkin Kami Membuatnya

Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mahmoud Farazandeh
Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mahmoud Farazandeh

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Senjata nuklir tidak pantas bagi kemanusiaan, demikian ditegaskan oleh Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mahmoud Farazandeh. Oleh karena itu, imbuhnya menekankan, tidak mungkin Iran menggunakan nuklir sebagai senjata.

"Kami sangat menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian. Jadi tidak mungkin Iran menggunakan nuklir sebagai senjata," kata Mahmoud di Jakarta, Selasa (28/2)malam. Dia mengatakan Iran menggunakan hak wajarnya untuk memanfaatkan nuklir untuk tujuan sipil yakni mencari alternatif energi lain selain fosil.

Diakuinya, seharusnya negara-negara yang melemparkan isu tersebut bisa memberi bukti. "Namun kenyataannya, mereka sama sekali tidak bisa membuktikannya," kata dia.

Farazandeh juga membantah pemberitaan yang menyebutkan pihaknya menghalang-halangi inspeksi yang dilakukan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pekan lalu. "Itu merupakan hasil propaganda media Barat yang tidak senang terhadap kemajuan yang dicapai Iran," tambah Farazandeh.

Dia menuturkan kejadian yang sebenarnya adalah inspektur IAEA melakukan inspeksi di situs pengembangan nuklir Iran dan mendapatkan akses untuk melihat uji coba nuklir tersebut.

"Iran sangat terbuka dengan negosiasi. Kami kecewa dengan pemberitaan Barat yang memberitakan sebaliknya. Media Barat bahkan menyebut Iran menghalangi kunjungan IAEA," ujarnya.

Farazandeh mengatakan hal itu merupakan strategi Barat untuk menghancurkan Iran. Menurutnya, ada dua isu yang digunakan yakni isu hak asasi manusia dan nuklir.

"Padahal, Iran memanfaatkan nuklir untuk kepentingan damai. Bom atom itu melanggar nilai akhlak dan kemanusiaan. Kemanusiaan pantas mendapatkan hal yang jauh lebih baik daripada bom atom yang mampu menghancurkan banyak nyawa," tambah Farazandeh.

Dia mengakui selama ini banyak pihak yang tidak senang dengan kemajuan yang dicapai Iran usai terjadinya Revolusi Islam, 33 tahun yang lalu. Oleh karenanya, banyak pihak berusaha mengganyang Iran dengan berbagai cara.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement