REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Heri Ruslan
Dari Abu Hurairah RA, beliau berkata, ‘’Rasulullah SAW: ‘Tidak diterima shalatnya orang yang berhadas sehingga dia berwudu’.” Berkata seseorang dari Hadramaut, ‘’Apakah yang dimaksud hadas itu wahai Abu Hurairah?” Ia menjawab, “Ialah keluar angin atau kentut.” (HR Bukhari).
Dalam hadis di atas tercantum kata ‘’seseorang dari Hadramaut’’. Dr Syauqi Abu Khalil dalam Athlas al-Hadith al-Nabawi, Hadramaut adalah daerah luas yang terletak di sebelah timur Aden, Yaman. ‘’Letaknya dekat pesisir Laut Arab. Di sekitarnya terdapat banyak pasir yang dikenal dengan nama al-Ahqaf,’’ ujar Syauqi.
Menurut Ensiklopedi Islam, Hadramaut adalah seluruh kawasan pantai Arab selatan, termasuk di dalamnya wilayah pemerintahan Republik Yaman. Terbentang mulai dari Aden hingga Tanjung Ras al-Had. Di bagian utara berbatasan dengan padang pasir Arab Tengah (Arab Saudi), dan sisanya berbatasan dengan Laut Arab.
Hadramaut terdiri dari pantai berpasir dan pegunungan batu yang gersang. Bukit-bukit memagari sepanjang pantai di wilayah itu. Di balik bukit-bukit itu menjulang gunung yang memanjang serta dataran tinggi yang luas. Puncaknya tertinggi pegunungan di Hadramaut bernama Gunung al-Arsyah.
Iklim di wilayah Hadramaut sangat kering. Khusus di daerah pedalaman, hujan turun paling banyak empat kali dalam setahun – berlangsung dari awal Oktober hingga akhir Februari. Saat musim panas, wilayah itu dikenal sangat panas. Sebaliknya, di musim dingin menjadi sangat dingin, terutama jika angin bertiup dari arah utara.
Terdapat dua pelabuhan besar dan penting di wilayah itu, yakni asy-Syihr dan Mukalla. Kedua pelabuhan itu ramai dikunjungi para pendatang dan saudagar yang berniaga. Menurut Dr Syauqi, ada dua kota terkemuka di wilayah Hadramaut, yakni Tarim dan Syibam. Selain itu, ada pula kota Borum, al-gail, al-hami, ad-Dis, asy-Syirmah, Qasai’ar, al-Girfah, Saywun, Taribah, Inat, al-Qasm, dan as-Sowairi.
Asal mula Hadramaut
Menurut legenda yang popular, nama Hadramaut berasal dari seorang tokoh legendaris bernama Hadramaut. Sayangnya, tak ditemukan informasi tentang sosok legendaris itu. Penduduk setempat meyakini bahwa Hadramaut adalah keturunan Yakrub bin Qathan bin Hud. Ia berasal dari dari ras Arab Selatan atau Arab asli yang dipertentangkan dengan ras Arab Utara – Arab keturunan.
Dalam bahasa Ibrani wilayah itu disebut sebagai Havermavt. Dalam Alkitab (Kejadian:10-26-28), wilayah disebut sebagai "Hazarmaveth". Hadramaut merupakan negeri asal dan tempat tinggal Nabi Hud dan Saleh. Awal mula nama Hadramaut memang masih menjadi perdebatan.
Ada yang meyakini kisah orang-orang Yunani yang menemukan air di lembah tandus Arabia dan kemudian menamakannya dengan Hydreumata atau sumber air. Sebagian lainnya, meyakini kisah orang-orang Arab kuno, dari zaman sebelum orang-orang Yunani mencapai lembah Arabia.
Sebagai tempat tinggal dan tanah kelahiran Nabi Hud AS dan Saleh AS, dii Hadramaut terdapat tempat suci bagi umat Islam yang dikenal dengan nama Qabr Hud (Makam Hud). Penduduk di wilayah itu meyakini bahwa Nabi Hud AS adalah nenek moyang mereka. Di dekat makan Nabi Hud terdapat sebuah masjid yang ramai dikunjungi para peziarah, khususnya setiap tanggal 11 Syaban.
Sedangkan, makam Nabi Saleh AS terdapat di lembah Sarr. Di wilayah itu juga terdapat pula makam nenek moyang kaum sayid, yakni Ahmad bin Isa yang bergelar ‘’al-Muhajir’’ dan Syaid Ahmad bin Muhammad al-Habsyi yang terletak di Sya’ab Ahmad.
‘’Ada pula makam nenek moyang suku Amud yang bernama Ahmad bin Isa bergelar ‘’Amududdin’’ yang berarti ‘’tiang agama’’ di Qadun,’’ papar Ensiklopedi Islam. Tak cuma itu. Di Hadramaut juga terdapat amakam Aidid, seorang suci, di kota Aidid dan makam al-Idrus, yang juga orang suci, di asy-Syihr.
Empat golongan
Setidaknya ada empat golongan utama penduduk di wilayah Hadramaut, yakni golongan sayid (dianggap keturunan Nabi SAW), golongan suku-suku, golongan menengah, dan golongan bidak. Golongan paling atasa adalah sayid, karena mereka menganggap sebagai keturunan Husein bin Ali bin Abi Thalib – cucu Rasulullah SAW.
Golongan keturunan syaid bergelar Habib dan kaum perempuannya disebut Habibah. Menurut Ensiklopedi Islam, jumlah golongan sayid terbilang besar di Hadramaut. Mereka membentuk kebangsawanan beragam yang sangat dihormati, dan sangat berpengaruh secara moral di kalangan penduduk Hadramaut.
Mereka yang berasal dari golongan Sayid juga terbagi dalam kabilah-kabilah. Setiap kabilah memiliki pemimpin yang turun-temurun bergelar munsib. Para munsib tinggal di lingkungan keluarga yang paling besar atau di tempat asal keluarganya. Setiap munsib , diakui sebagai pemimpin agama oleh suku-suku yang berdiam di sekitar mereka. Mereka pun dianggap sebagai penguasa daerah di tempat tinggal mereka.
Hadramaut dan Indonesia memiliki hubungan yang terbilang erat. Pendatang dari Hadramaut datang ke Nusantara sekitar abad ke-13 M. Pada zaman itu, hubungan dagang antara Arab Selatan dan Nusantara sudah terjalin. Sembari berniaga, para saudagar dari Hadramaut juga menyebarkan dan mengajarkan ajaran Islam.
Tak sedikit pendatang asal Hadramaut yang menjadi ulama terkemuka dan tokoh masyarakat di Nusantara. Beberapa contohnya antara lain, Sayid Husein Abu Bakar al-Aidrus (wafat 1798 m) – ulama terkemuka di Betawi. Selain itu, Sayid Abdurrahman bin Abu bakar al-Habsyi (wafat 1853), Salim bin Abdullah bin Sumair, serta Sayid Usman bin Akil bin Yahya al-Alawi (wafat 1913).
Orang Arab asal Hadramaut tersebar di sejumlah daerah, seperti: Banten, Betawi (Jakarta), karawang, Priangan, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Jepara, Rembang, Surabaya, Madura, Makassar, Ternate, Aceh, Palembang, dan Pontianak.