REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Dewan Transisi Nasional (NTC) Libya hari Senin memilih lagi Mustafa Abdel Jalil sebagai ketua dan mengangkat dua deputi pemimpin, kata sejumlah anggota NTC yang berkuasa kepada AFP.
"Selama pertemuan hari ini, kami memilih lagi Mustafa Abdel Jalil sebagai ketua dan menunjuk Mustafa al-Huna sebagai deputi pertama dan Salim Qanan sebagai deputi kedua," kata Mustafa Landey, seorang pejabat NTC.
Ia menambahkan, pemerintah sementara akan melanjutkan tugas sampai Libya memilih majelis konstituante pada Juni, delapan bulan setelah negara itu mengumumkan pembebasan dari rejim Muamar Qaddafi.
Sidang pemungutan suara dan pemilihan pada Senin itu dilakukan sesuai dengan deklarasi konstitusi yang disahkan oleh NTC pada Agustus, kata Landey.
"Ia terpilih dengan suara bulat," kata seorang pejabat lain NTC, Hassan Sghayir, kepada AFP, mengenai pemilihan Abdel Jalil.
NTC, yang kini berkuasa di Libya, memelopori pemberontakan untuk menggulingkan pemerintah Qaddafi tahun lalu.
Selama konflik, dewan itu mengatur permasalahan kawasan timur Libya yang dikuasai pemberontak dan melobi keras untuk pengakuan diplomatik dan perolehan dana untuk mempertahankan perjuangan berbulan-bulan dengan tujuan mendongkel kekuasaan Qaddafi.
Negara-negara besar yang dipelopori AS, Prancis dan Inggris membantu mengucilkan Qaddafi dan memutuskan pendanaan dan pemasokan senjata bagi pemerintahnya, sambil mendukung dewan pemberontak dengan tawaran-tawaran bantuan.
Libya era Qaddafi digempur pasukan internasional sesuai dengan mandat PBB yang disahkan pada 17 Maret 2011. Sebanyak 21 kapal NATO berpatroli aktif di Laut Tengah sebagai bagian dari penegakan embargo senjata terhadap Libya pada saat itu.
Aliansi 28 negara itu sejak 31 Maret 2011 juga memimpin serangan-serangan udara terhadap pasukan darat rejim Qaddafi.
Resolusi 1973 DK PBB disahkan ketika kekerasan dikabarkan terus berlangsung di Libya dengan laporan-laporan mengenai serangan udara oleh pasukan Gaddafi, yang membuat marah Barat.
Qaddafi (68), pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa dan bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak, diumumkan tewas oleh kelompok pemberontak Dewan Transisi Nasional (NTC) pada Kamis (20/10).
Keresahan internasional meningkat berkaitan dengan kondisi tidak jelas seputar kematian Gaddafi yang tampaknya dieksekusi, setelah kota asalnya Sirte dikuasai pasukan NTC pada 20 Oktober.
Sejumlah pihak, termasuk Ketua Komisi HAM PBB Navi Pillay, menyerukan penyelidikan untuk mengetahui kebenaran seputar kematian orang kuat Libya itu.