Ahad 18 Mar 2012 16:24 WIB

Mintarsih: Kisah Keluarga yang Hidup di Kandang Domba

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Heri Ruslan
Kandang kambing, ilustrasi
Kandang kambing, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  Hidup di kandang domba. Itulah kenyataan yang harus dilakoni Mintarsih (34) bersama suami, dua anak perempuan, dan kakaknya. Sudah setahun lebih, Mintarsih dan keluarganya mendiami bekas kandang domba yang tentu sangat tak layak.

"Dari tahun 2011 kami memang tinggal di kandang (domba) ini," cerita Mintarsih saat ditemui Sabtu (17/3) kemarin.

Luas kandang domba yang mereka tempati berukuran tidak lebih dari satu setengah kali tiga meter.  Di dalam bangunan berdinding kayu dan anyaman bambu itu mereka hidup berdesak-desakan.

Kandang domba yang menjadi tempat bernaung Mintarsih dan keluargabBerdiri di tengah-tengah lahan semak dan persawahan warga milik TNI, tepatnya di desa Babakansari RT9/9 Padasuka, Cimahi.

Mintarsih menceritakan, sejak tahun 1965 kedua orang tuanya, memang sudah menempati lahan milik 'susnif' (istilah warga) sekitar. Serta mendirikan rumah yang cukup untuk melahirkan, dan membesarkan delapan saudara Mintarsih yang lain.

Pada 2005, sepeninggal orangtuanya, Mintarsih bersama suami, Nandang Kosasih, mendiami rumah tersebut. Akan tetapi, rumah warisan yang dibangun oleh orangtuanya itu, hancur luluh lantah terbawa angin badai pada 2009 lalu.

Sadar bahwa lahan tempat tinggal tersebut bukan miliknya, Mintarsih mencoba untuk memohon kepada Komandan Susnif. Dengan harapan agar rumah yang tersapu angin tersebut, dapat kembali didirikan dengan bantuan dari warga. Mengingat ketika itu dirinya juga memiliki dua balita perempuan, yang harus mendapatkan tempat tinggal yang layak.

"Susnif bilang, tidak boleh lagi mendirikan bangunan di sini (lahan)," cerita Mintarsih.

                                                                     

                                                                     ***

Mintarsih-pun kecewa dan bingung. Penghasilan dirinya dan suami sebagai kuli tani hanya Rp 20 ribu per hari, jelas tak sanggup untuk berpindah, apalagi buat membeli lahan dan rumah. Namun begitu melalui puing-puing kayu dan bambu sisa rumahnya yang terbawa angin, ia bersama suami nekat untuk tetap mendirikan gubuk seadanya, disebelah kandang domba keluarganya.

"Tadinya hanya untuk tidur sementara saja, untuk lima orang," terang Mintarsih.

Akan tetapi, Mintarsih melanjutkan, tahun 2011, ia dan suami mengalihfungsikan kandang domba tersebut menjadi rumah tinggalnya bersama suami dan anaknya. Sementara kakaknya yang sudah tua tinggal digubuk.

Mintarsih menuturkan apa yang dilakukannya adalah sebuah keterpaksaan karena keterbatasan. Ia memahami bahwa suatu saat dirinya dan keluarga pasti akan terusir dari gubuk yang didirikannya sendiri.

"Dari 2009 sudah berkali-kali ditegur 'susnif', agar jangan mendirikan bangunan di lahan tersebut, dan pindah" ujar Muntarsih.

Sampai saat ini, Mintarsih masih mengharapkan agar 'susnif' memberikan keringanan untuk dirinya. Agar diberikan izin untuk kembali mendirikan rumah tinggal di lahan tersebut.

Ia juga berharap agar Pemkot Cimahi bisa membantu memberikan solusi yang baik untuk dirinya dan keluarga. Terutama untuk kedua anaknya, Nisa Salsabilah (8) dan Shela Nanda Fauza (4).

                                                                     ***

Tokoh masyarakat Babakansari Karyono menjelaskan, dirinya bersama warga sekitar, kerap prihatin dan selalu memperhatikan nasib Murtansih serta keluarganya.

"Melalui RT dan RW, dan PKK, kami selalu menyampaikan kepada Lurah, agar memperhatikan nasib Murtansih dan keluarga, agar sampai ke pemerintah" ujar Karyono. Karyono berharap agar Susnif memberi izin untuk mendirikan rumah sementara bagi Murtansih.

"Lahan itu kan belum difungsikan untuk kegiatan militer," kata Karyono.

                                                                   ***

Wakil Ketua DPRD Kota Cimahi Denta Irawan, saat menjenguk Muntarsih (16/3) mengatakan, melihat kondisi kehidupan Mintarsih yang terpaksa tinggal di kandang domba, memang sangat miris. Dengan hanya ditutupi terpal yang sudah bolong, mereka harus menerima keadaan yang serba tidak berkecukupan.

"Mereka ini warga Cimahi. Tapi kurang beruntung, harus tinggal di kandang domba yang tanahnya juga bukan milik mereka," ujar Denta. Denta dalam kesempatan tersebut, berjanji akan berusaha mencari solusi yang tepat agar kondisi keluarga Mintarsih berubah.

"Yang jadi permasalahan bagi keluarga ini adalah tempat tinggal layak," kata Denta.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement