REPUBLIKA.CO.ID, SANAA - Orang kuat Yaman Ali Abdullah Saleh, yang mundur sebagai presiden bulan lalu sesuai perjanjian pengalihan kekuasaan, mengancam akan menarik para pendukungnya dari kabinet yang merupakan bagian dari persetujuan itu. Demikian disampaikan seorang pejabat penting, Selasa (20/3).
Presiden Abdrabuh Mansur Hadi, dipilih sebagai pengganti Saleh bulan lalu dalam satu pemilihan yang hanya diikuti dia sendiri, segera membujuk orang yang digantinya itu agar tidak melaksanakan ancamannya itu, kata pejabat yang tidak bersedia namanya disebutkan itu kepada AFP.
Hadi membentuk satu komite beranggotakan para politisi terkemuka dalam usaha "meyakinkan Saleh mencabut ancamannya," kata pejabat itu.
Jika komisi itu gagal mengubah sikap Saleh," presiden sipil itu akan harus membentuk pemerintah persatuan nasional baru," tambahnya.
Kabinet persatuan beranggotakan 34 menteri itu dibentuk Desember lalu sesuai dengan perjanjian transisi, memiliki anggota yang jumlahnya sama bagi partai Kongres Rakyat Umum (GPC) dan aliansi Forum Bersama oposisi parlemen.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan perjanjian yang ditengahi negara-negara Teluk yang ia tandatangani dengan oposisi November November, Saleh menyerahkan jabatan presiden yang telah dipegangnya sejak tahun 1978.
Tetapi ia tetap menjadi pemimpin GPC dan para pedukungnya tidak mengenyampingkan keikut sertanya dalam pemilihan presiden yang menurut rencana akan diselenggarakan bersamaan dengan pemilihan anggota parlemen tahun 2014.
Pada pekan lalu, pers pro-Saleh meningkatkan kecamannya pada pemerintah persatuan Perdana Menteri Mohammed Basindawa dan dalam pidato pekan lalu mantan presiden itu menuduh dia "lemah" dan "tidak memahami apapun menyangkut politik."
Perjanjian transisi itu dicapai mengakhiri aksi kekerasan berdarah antara para lawan Saleh dan pasukan yang setia kepadanya, yang mengakhiri perpecahan dalam tubuh angkatan bersenjata dan pemberontakan di daerah selatan dan timur oleh gerilyawan yang pro Alqaidah.
Sejak memangku jabatan sebagai presiden, Hadi berjuang mengatasi tantangan-tantangan besar yang dihadapi negara Arab yang miskin itu, yang juga termasuk pemberontakan kaum Suriah di ujung utara dan pemberontakan bagi pemisahan diri di selatan.