Kamis 22 Mar 2012 02:33 WIB

Perkasanya Asterix

asterix dan obelix
Foto: ap
asterix dan obelix

REPUBLIKA.CO.ID,Siapa tak kenal Asterix? Itu lho, pahlawan dari desa kecil Galia yang bencinya pada kekaisaran Romawi sudah sampai ke tulang sumsum. Bersama teman gendutnya Obelix yang gembul dan anjing kecilnya yang cerdik Idefix, jadilah mereka trio pejuang Galia yang sangat ditakuti prajurit romawi dan para bajak laut yang suka mengganggu penduduk.

Padahal, ketiganya dan masyarakat desa Galia sebenarnya orang-orang baik. Suka humor dan suka sekali makan enak (menu yang paling disukai adalah babi panggang). Mereka hidup dalam suasana gotong royong dan kedamaian khas pedesaan Galia. Sesekali bertengkar sesama tetangga gara-gara urusan ikan busuk, atau urusan cemburu, tak mengapa. Itu akan berakhir di pesta makan malam yang meriah.

Tapi jangan coba usik mereka. Musuh akan terpental dan berceceran dilabrak oleh gebukan tangan Obelik dan tendangan Asterix yang menggeledek berkat ramuan obat kuatnya dukun idola mereka, Panoramix. Asterix adalah tokoh dalam komik Prancis. Bersama serial Asterix, negeri parfum ini juga antara lain menerbitkan serial petualangan Tintin, petualangan Tanguy dan Laverdur dan kisah-kisah lainnya. Dua yang pertama yakni Asterix dan Tintin sudah begitu dikenal di Indonesia.

Orang dewasa dan terutama anak-anak sangat senang membaca kisah-kisah petualangan Asterix yang lucu dan petualangan Tintin yang menegangkan. Asterix menanamkan pada anak-anak akan arti persahabatan, kegotongroyongan dan keberanian menegakkan keadilan dan kebenaran. Tintin menanamkan kesenangan berpetualangan dan menguak misteri.

Dari komik-komik seperti itu anak-anak memang akan mendapatkan banyak pelajaran yang tidak diperolehnya di sekolah. Untuk masa-masa awal pertumbuhan membaca, komik mungkin bisa menjadi sarana terbaik meningkatkan minat baca. Ilustrasi yang bagus dan dialog-dialog yang mudah dicerna dan kadang-kadang diwarnai dialek-dialek yang tengah ngetrend, akan bisa lebih mendekatkan anak-anak pada tokoh idola dalam komik tersebut.

Syukur, kesadaran untuk memanfaatkan komik sebagai salah satu sarana pendidikan mulai berkembang di tanah air. Beberapa penerbit menerbitkan komik cukup bagus sebagai bahan pemula bacaan anak-anak. Dari yang bertema kepahlawanan hingga kisah-kisah agama.

Sayang memang bahwa niat baik penerbit ini terganjal oleh mahalnya harga kertas, sangat kurangnya ilustrator yang baik dan pajak yang tinggi, telah menyebabkan harga jual komik lokal menjadi cukup mahal untuk bisa dibeli oleh anak-anak dari keluarga kurang mampu. Selain itu, minat baca anak-anak Indonesia tampaknya menjadi hambatan cukup serius untuk mengembangkan komik-komik bermutu.

Belum jelas betul apa yang menjadi penyebab utama kurangnya minat membaca di kalangan anak-anak Indonesia. Karena harga terlalu mahal atau memang lingkungan keluarga yang tidak mendukung. Namun menurut para ahli, televisi yang memvisualkan gambar dengan mutu prima turut memberikan andil cukup besar mengubah prilaku anak-anak yang suka membaca menjadi prilaku suka mendengar dan melihat.

Membaca memang menjadi kunci peradaban. Bukankah Islam mengajarkan untuk membuka cakrawala ini diawali dengan Iqra. Bukan dengarlah, atau lihatlah. Tapi, bacalah. Usaha yang dilakukan Departemen Kebudayaan dan Komunikasi Prancis untuk menyebarkan 'virus' gemar membaca di Indonesia patut diacungi jempol. Lewat komik, negara tanah kelahiran Asterix ini mengingatkan kepada kita sekali lagi betapa pentingnya membaca. Terutama untuk anak-anak.

Sebab, pada generasi muda inilah, dengan membaca komik dan buku-buku bermutu akan mulai ditumbuhkan pengenalan sifat-sifat kebaikan, kesetiakawanan, gotong-royong, dan menghargai orang lain. Pengenalan hal-hal seperti itu sejak dini terasa menjadi lebih penting karena generasi pasca reformasi ini berada di alam yang serba tidak teratur.

Andaikata pengarang Asterix masih hidup, Indonesia dewasa ini pastilah akan menjadi gudang inspirasi petualangan-petualangan Asterix bersama konconya Obelix. Bayangkan, di saat negara tengah dilanda kesulitan, sang penguasa asyik tamasya dari satu negara ke negara lain, anggota dewan kerajaan rebutan tanah dan kendaraan.

Padahal negara-negara tetangga Galia tengah diancam kelaparan dan peperangan. 'Sang Kaisar' juga tidak pernah mau mendengar nasehat dukun-dukunnya. Kepala batu. Mirip seperti tiran Roma yang amat dibenci Asterix dan kroninya. Marilah membaca Asterix. Sebab dibalik humor mereka, masih ada kasih sayang, keseriusan, setia kawan dan penghormatan kepada orang lain.

sumber : asterix comic
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement