REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siraj, menyesalkan terjadinya bentrokan antara polisi dan demonstran dalam aksi menolak kenaikan harga bahan bakar minyak yang terjadi Selasa (27/3).
"Demonstrasi itu hak setiap warga negara, tapi tetap harus dilakukan dengan santun. Kalau demo jangan anarkistis. Begitu juga sebaliknya aparat yang menjaga jangan arogan," ungkap Kiai Said di Jakarta, Rabu (28/3). Demonstrasi menolak rencana kenaikan harga BBM kemarin memang berlangsung ricuh karena diwarnai bentrokan.
Kerusuhan terjadi saat massa dari Koalisi Nasional Mahasiswa Indonesia (Konami) didesak mundur oleh aparat kepolisian di sekitar Stasiun Gambir, Jakarta Pusat. Lemparan batu dari mahasiswa dibalas dengan semprotan air water canon dan tembakan gas air mata oleh aparat kepolisian. Dalam bentrokan tersebut satu unit mobil milik warga sipil juga menjadi korban amukan massa.
Sejumlah awak media yang tengah menjalankan tugas peliputan juga dilaporkan menjadi korban, setelah oleh aparat kepolisian sempat dianggap sebagai provokator. Akibat bentrokan tersebut 34 mahasiswa juga harus diamankan dan diproses oleh aparat kepolisian.
"Bentrokan seperti itu pastinya juga menjatuhkan martabat bangsa. Jika demonstran dan polisi sebagai aparat bisa saling menahan diri, tentunya itu akan lebih baik," lanjut Kiai Said. Ia meminta agar demonstrasi juga berlangsung secara santun dan tidak bertindak keras.