REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MSc
Salah satu contoh dan teladan yang diperlihatkan para Nabi dan Rasul Allah untuk diikuti umatnya adalah kesungguhan mereka, dalam mewariskan nilai-nilai akidah Islamiah dan nilai-nilai perjuangan kepada anak dan keturunannya, yakni generasi mendatang.
Dalam hal ini, Nabi Ibrahim dan Ya`qub AS telah memberikan contoh dan teladannya. “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): ‘Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam. Adakah kamu hadir ketika Ya`qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: ‘Apa yang kamu sembah sepeninggalku?’ Mereka menjawab: ‘Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya’.” (QS al-Baqarah [2]: 132-133).
Kata-kata Mâ Ta’budûna min ba’dî (apa yang akan kalian sembah setelah kematianku) bukan Mâ Ta’kulûna min Ba’dî (apa yang akan kalian makan sesudahku), menggambarkan betapa ibadah dan pengabdian yang tulus kepada Allah SWT merupakan sumber utama kesuksesan dan keselamatan hidup. Ibadah yang benar akan meluruskan motivasi sekaligus akan membangun etos kerja yang tinggi. Akan lahir pula kecintaan kepada ilmu pengetahuan yang bersumber dari wahyu Allah SWT, sekaligus kecintaan kepada sesama umat manusia.
Dengan demikian, akan lahir generasi penerus yang memiliki karakter mulia, cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, kepada Islam, ilmu, kerja keras, dan sesama umat manusia, yang lebih khusus lagi cinta kepada sesama orang-orang yang beriman.
Inilah yang sering disebut generasi 5.54, yaitu sebuah generasi yang digambarkan Allah dalam QS al-Maidah [5] ayat 54. Ayat dalam QS al-Baqarah [2]: 132-133, sekaligus juga menggambarkan betapa pentingnya keluarga sebagai sebuah institusi pendidikan, tempat menaburkan benih-benih kebaikan.
Dan, hal ini pulalah yang harus tetap dipertahankan oleh keluarga Muslim saat ini, jika menginginkan generasi mendatang lebih baik dan bermartabat. Apabila peran keluarga dalam pewarisan nilai ini melemah atau bahkan hilang, yang akan terjadi adalah kerusakan dan kehancuran. Harus kita sadari, keluarga adalah unit sosial terkecil yang merupakan basis dan landasan utama dalam membangun umat dan bangsa.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahrim [66]: 6). Wallahu A’lam.