REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Almuzammil Yusuf, menjelaskan alasan kenapa PKS akhirnya memilih metode penghitungan suara dari webster ke kuota murni. Metode ini diambil dengan tujuan untuk menjaga kebersamaan dengan partai-partai Islam.
''Saat lobi terakhir para pimpinan fraksi, teman-teman dari partai Islam, termasuk partai nasionalis Hanura dan Gerinda meminta agar PKS menjaga kebersamaan dengan memilih metode kuota murni. Setelah dipertimbangkan dengan matang, akhirnya kami rapat internal dan memutuskan setuju dengan pilihan teman-teman,'' ujarnya, saat dihubungi Republika, Ahad (15/4).
PKS ingin semua partai Islam eksis dan turut andil dalam pengambilan kebijakan baik di DPR RI maupun DPRD Provinsi dan Kabupaten Kota.
''Jadi, tidak ada niat sama sekali dari PKS untuk menegasikan eksistensi teman-teman,'' tandasnya. ''Kami ingin bersama membangun bangsa ke depan yang lebih baik.''
Metode kuota murni ini, kata Muzzammil, memberikan peluang bagi partai-partai kecil mendapatkan kursi di parlemen berdasarkan hasil sisa suara sah di daerah pemilihan pada Pemilu 2014 nanti. Namun, kata Almuzammil, PKS secara bersamaan juga mengajukan usulan agar mereka mendukung ide PKS mengakomodasi aspirasi partai kecil non parlemen yang meminta perubahan pasal 209. Pasal ini memberikan pengecualian bagi partai peserta pemilu yang mendapatkan suara signifikan di provinsi atau kabupaten/ kota untuk tetap memperoleh kursi di DPRD.
''Tujuannya menggabungkan argumen pengokohan NKRI dengan tetap menghormati keragaman aspirasi daerah. Selain itu, pasal 209 relevan dengan metode kuota murni,'' jelas anggota Pansus RUU Pemilu ini.