REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perombakan di jajaran direksi PT Pertamina yang dilakukan oleh Menteri BUMN, Dahlan Iskan, bukan dilakukan secara tiba-tiba. Ditemui wartawan di Kantor Kepresidenan, Dahlan mengatakan perombakan tersebut telah memakan waktu dua bulan.
“Sebetulnya, pergantiannya tidak diam-diam. Itu prosesnya sudah dua bulan,” kata Dahlan, Kamis (19/4).
Dahlan mengakui dirinya menghindari kehebohan yang mungkin terjadi. Apalagi jika proses perombakan itu dilakukan selama enam bulan. Jika terlalu lama proses perombakannya, direksi BUMN itu dikhawatirkan justru tidak bisa cepat bekerja.
“Kalau direksi BUMN kelamaan, itu tidak akan kerja. Memang pergantian itu seminimal mungkin tidak heboh,” katanya.
Menteri BUMN mengangkat lima direksi baru. Chrisna Damayanto diangkat menjadi Direktur Pengolahan menggantikan Edi Setianto, Hanung Budya Yuktyanta sebagai Direktur Pemasaran dan Niaga menggantikan Djaelani Sutomo, dan Evita Maryanti Tagor sebagai Direktur SDM menggantikan Rukmi Hadi Hartini. Selain itu, Luhur Budi Djatmiko ditunjuk sebagai Direktur Umum menggantikan Waluyo dan Hari Karyuliarto sebagai Direktur Gas. Jabatan direktur gas merupakan posisi baru.
Perombakan tersebut bukan tanpa maksud. Dahlan menginginkan agar direksi BUMN merupakan ‘dream team’. Tim itu dibentuk agar BUMN maju. Caranya dengan menciptakan direksi yang kompak dan menjadi tim yang kuat.
“BUMN itu tidak maju kalau direksinya tidak kompak. Untuk bisa kompak, itu harus terbentuk tim yang kuat,'' katanya. ''Bisa saja masing-masing direksi pintar, tapi belum tentu cocok untuk sebuah tim yang kuat.''