REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Minat masyarakat untuk berbindah dari bahan bakar minyak (BBM) ke BBG dirasa masih kecil.
Menteri Perindustrian, MS Hidayat, mengatakan di negara-negara yang sukses menggunakan BBG, selisih harga antara BBM dan BBG umumnya mencapai 50-60 persen.
"Jadi, kalau masih kecil seperti sekarang memang minat orang utnuk berpindah masih kecil," ujar Hidayat saat ditemui wartawan, Kamis (19/4).
Namun, Hidayat mengungkapkan program konversi akan tetap dilakukan mulai bulan Mei mendatang. Konverter kit, kata Hidayat mulai akan dipasang di transportasi umum, mobil-mobil dinas, lembaga, kementerian, BUMN, dan baru menuju sektor privat.
Ia telah mengimbau kepada para pelaku industri otomotif mulai tahun depan bisa memasang konverter kit di produknya. "Jadi bisa pakai sistem switch," tambahnya.
Penggunaan konverter kit ini sebagai salah satu solusi wacana pembatasan BBM bersubsidi per Mei mendatang. Tiga BUMN, PT Dirgantara Indonesia, Pindad dan Wijaya Karya akan melakukan impor konverter kit di tahap awal. Dari segi teknologi, Hidayat tak ingin Indonesia mencoba-coba sendiri pembuatan konverter kit.
Pelaku otomotif, lanjut Hidayat, telah menyesuaikan dengan penggunaan pertamax untuk mesin buatan tahun 2006 ke atas. "Dengan demikian, sebetulnya memang harus menggunakan pertamax," tandasnya.
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Sudirman Maman Rusdi, mengatakan wacana pembatasan BBM harus disosialisasikan. Selain itu, Sudirman mengungkapkan perlu adanya pengawasan yang ketat agar kebijakan tersebut bisa diterapkan dengan baik.