REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dan Italia terus berupaya memajukan dialog lintas agama. Komitmen terhadap upaya penguatan saling memahami di tengah-tengah kemajemukan tersebut, disampaikan Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa dan Menteri Luar Negeri Italia, Giulio Terzi Di Sant’Agata saat membuka Dialog Lintas Agama ke-2 Indonesia-Italia, di Gedung Pancasila Kemenlu, hari ini, Senin (23/4).
Dalam kesempatan itu, Marty mengatakan, bagi Indonesia forum dialog ini membuktikan upaya terus menerus Indonesia dalam membangun jembatan. “Kami percaya, membangun jembatan saling memahami adalah cara terbaik memperkuat budaya damai global," sebut Marty dalam keterangan pers yang diterima Republika, Senin (23/4).
Marty menegaskan, Indonesia selalu mendorong berbagai dialog dengan berbagai mitra baik di tingkat bilateral, regional maupun global. Dari berbagai pengalaman selama ini, kata Marty, Indonesia menyimpulkan dua hal yang dapat mendorong keberhasilan dialog.
Pertama, dialog sejati akan melibatkan proses mendengarkan dan terbuka yang berkelanjutan serta membuka diri terhadap pemikiran pihak lain. “Menyampaikan pendapat secara konstruktif dan mencari kesamaan,” tegas Marty.
Marty juga mengungkapkan kegembiraannya akan fakta terdapat proses yang berkelanjutan dalam dialog lintas agama antar kedua negara. Untuk itu, Marty mengajak agar dialog lintas agama Indonesia-Italia tersebut bisa terus dikembangkan.
"Sementara yang kedua kita harus keluar dari zona kenyamanan," sebut Marty.
Diungkapkannya, pesan-pesan perdamaian dalam dialog lintas agama sangat perlu menggema di luar ruang pertemuan. Untuk itu, Marty menekankan perlunya memaksimalkan dialog yang dibangun kedua negara agar dapat menjangkau luas hingga ke masyarakat internasional.
Pernyataan Marty diamini Menlu Sant'Agata. Ia menyatakan, Italia siap untuk lebih menggaungkan dialog lintas agama antar kedua agama ke tingkat yang lebih luas.
Dialog Lintas Agama RI-Italia bertajuk 'Unity in Diversity: the Power of Dialogue for Peaceful Cohabitation in a Pluralistic Society' itu adalah kali kedua yang diselanggarakan kedua negara. Dialog pertama diselenggarakan di Roma, Italia pada Maret 2009 lalu.
Dialog tersebut diselenggarakan berkat kerjasama Kemenlu kedua negara berkolaborasi dengan Komunitas Sant’Egidio Italia. Tampak hadir dalam pembukaan dialog sejumlah tokoh dari Indonesia dan Italia seperti Ketua PP Muhammadiah Din Syamsuddin, Uskup Agung Jakarta Ignatius Suharyo, Presiden Komunitas Sant’Egidio, Marco Impagliazzo serta perwakilan komunitas Sant'Egidio, Romano Orlandi dan Fransesco Marini.
Untuk diketahui, Sejak 2004 lalu, Kemenlu sudah mengembangkan budaya dialog lintas agama sebagai bentuk upaya pro-aktif Indonesia dalam mengedepankan sikap toleransi dan saling memahami antar sesama umat beragama dan antar peradaban. Inisiatif kegiatan ini dinilai penting untuk mempromosikan harmoni dan kerja sama, serta menghilangkan kecurigaan dan kesalahpahaman antar agama dan budaya.
Selain dengan Italia, Indonesia telah bekerjasama menyelenggarakan sejumlah kegiatan dialog lintas agama dalam kerangka bilateral dengan sejumlah negara lainnya, antara lain Austria, Rusia, Inggris, Belanda, Republik Korea, Australia, Ethiopia, dan Amerika Serikat.
Dialog lintas agama tersebut juga dilaksanakan dalam kerangka regional, melalui forum Asia Pacific Interfaith Dialogue, APEC Inter-Cultural and Faith Symposium, International Conference of Islamic Conference (ICIS), dan World Peace Forum (WPF).
Sedangkan dalam kerangka kerjasama antar kawasan, dilakukan melalui forum ASEM Interfaith Dialogue yang pertama kali diselenggarakan di Bali pada 2005. Dalam forum itu digelar deklarasi yang dihasilkan menjadi pijakan bagi negara-negara di kawasan ASEAN dan Eropa untuk menjalin kerjasama, membangun saling pengertian lintas agama, di saat dinamika dunia yang diwarnai potensi konflik antar agama dan antar etnis.