REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa mengatakan, terorisme, bencana alam, penyelundupan manusia, ketahanan energi dan pangan serta kejahatan lintas batas merupakan isu yang telah menjadi konsentrasi ASEAN. Isu-isu itu dibahas di ASEAN maupun forum yang lebih luas seperti ASEAN +1, ASEAN +3, ARF dan EAS.
Marty mengatakan hal tersebut dalam pertemuan Sela Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia di Universitas Paramadina, Jakarta (23/04). Dalam pertemuan yang bertajuk Dealing with Non Traditional Security Issues in ASEAN: Challenges and Prospects itu, Menlu juga menyampaikan perhatian ASEAN terhadap berbagai isu non tradisional. ASEAN, kata Marty, telah mendorong isu-isu tersebut melalui mekanisme yang ada, menjadi perhatian masyarakat yang lebih luas.
Dalam melihat tantangan dan peluang yang dimiliki ASEAN, Marty menggarisbawahi perlunya tiga cara berfikir. Pertama, kenyataan isu domestik dengan isu internasional sangat erat berkaitan. Kedua, selain isu domestik dan internasional yang susah dibedakan, isu politik, ekonomi dan sosial budaya juga turut memiliki keterkaitan yang erat.
“Semua isu memiliki unsur keamanan di dalamnya, seluruh isu dapat disekuritisasi,” ujar Menlu kepada sekitar 200 mahasiswa jurusan hubungan internasional. Duta Besar RI untuk PBB periode 2007–2009 itu juga berpesan agar sebagai akademisi, mahasiswa bijak dan sadar terhadap keterkaitan yang ada. Karena itu, ia tekankan harapan mahasiswa dapat cakap dan cerdas dalam melihat keterkaitan isu-isu tersebut.
Sementara yang ketiga, Marty menilai pentingnya untuk tetap waspada terhadap masalah keamanan yang tradisional. “Tidak dapat kita pungkiri bahwa masalah tradisional masih alive and well,” tegas Menlu.
Menteri berusia 49 tahun itu berpendapat, cara pandang yang baik dalam melihat isu-isu tradisional yang berkembang saat ini adalah melalui pendekatan yang tidak tradisional. “Kita harus senantiasa berfikir outside the box,” imbuh mantan dubes RI untuk Inggris tersebut.
Menggambarkan cara-cara yang non tradisional ini Marty mencontohkan bagaimana Indonesia dapat menerapkan dynamic equilibrium dalam berhubungan dengan negara-negara di dunia. “Sudah bukan saatnya lagi untuk kita menerapkan kebijakan seperti yang kita alami saat perang dingin,” tutupnya.
Pertemuan Sela Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia (PSNMHII) merupakan bagian dari acara rutin yang diselenggarakan sebelum Pertemuan Nasional Mahasiswa Hubungan Nasional se-Indonesia (PNMHII) oleh Forum Komunikasi Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia (FKMHII).