REPUBLIKA.CO.ID, TAMBORA – Limbah cair yang dihasilkan dari usaha sablon dan konveksi di Kelurahan Kalianyar, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat belum dikelola dengan benar. Air limbah dari usaha rumahan tersebut dibuang langsung ke saluran air dan diteruskan ke Kali Cibubur.
Air limbah sisa sablon dan konveksi dibuang ke saluran air di tengah permukiman penduduk. Saluran air dengan lebar tiga puluh sentimeter itu menampung buangan limbah. Air selokan berwarna-warni, sesuai dengan warna yang dipakai pada sablon.
Firman (30 tahun), pekerja di sebuah usaha sablon di RT 10/02 mengatakan, pembuangan limbah secara langsung terjadi sejak dahulu. Ia menuturkan, sejak usaha sablon dan konveksi berkembang di RW 02, air sisa pengerjaan sablon dibuang ke got. “Karena ini satu-satunya saluran pembuangan disini,” ujarnya.
Sontak hal ini menjadi keluhan warga. "Airnya bau dan kental, saluran tidak ada penutup. Sisa-sisa kain juga dibuang ke selokan," ujar Nasimah (42) salah seorang warga.
Di RW 02 Kelurahan Kalianyar, sebagian besar warga menggantungkan hidupnya pada usaha sablon dan konveksi rumahan. Menurut Sunyoto, ketua RW 02, tercatat empat usaha konveksi yang cukup besar. Sedangkan usaha sablon dilakukan oleh puluhan kepala keluarga di daerah tersebut. RW 02 dihuni 900 kepala keluarga yang terdiri dari 3.000 jiwa lebih.
Sunyoto mengatakan, sebagian besar kepala keluarga menjadikan usaha konveksi sebaga mata pencaharian utama. Sunyoto mengaku pembuangan limbah secara langsung ke saluran air membawa dampak buruk bagi lingkungan. Selain kotor dan menimbulkan bau kurang sedap, limbah tersebut mengendap di saluran air.
Sunyoto berulang kali menerima pengaduan dari warga yang mengeluhkan kondisi saluran air. Usaha dari warga setempat untuk membersihkan saluran telah dilakukan berkali-kali. Namun, kata Sunyoto, permasalahan utama terletak pada got induk.
Saluran induk ini tersumbat akibat tumpukan sampah. Ketika saluran sedalam 1,5 meter dan lebar satu meter ini dikeruk, jenis sampah yang menyumbat didominasi oleh kain sisa konveksi.
“Setiap tahun selalu dikeruk namun tidak pernah tuntas” ujar Sunyoto kepada Republika, Ahad (29/4).
Dampak buruk dari pembuangan limbah secara langsung tersebut menurutnya telah diketahui lurah dan camat.
Para pelaku usaha dianjurkan untuk mencuci atau membuang sisa konveksi ke tempat lain. Namun, kata Sunyoto, belum pernah dilakukan tindakan yang lebih serius untuk mengelola pembuangan limbah tersebut.
Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Jakarta Barat, Supardio mengaku belum mengetahui tentang keberadaan usaha sablon dan konveksi rumahan di Kalianyar. Menurutnya industri kecil masih sulit untuk menyediakan Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL). Solusinya adalah membuat bak over flow.
Sistem over flow ini terdiri dari tiga tahapan. Yaitu penyaringan limbah, pengikatan ampas, dan penetralan. Melalui penetralan air limbah akan berwarna bening. Selanjutnya sisa limbah dicampur zeloit yang berfungsi untuk menghilangkan bau.
Supardio menuturkan, mengatur pengelolaan limbah industri yang terdapat pada lingkungan pemukiman penduduk cukup sulit. Terlebih jika daerah tersebut padat dan tidak memiliki saluran yang lebar. Namun pembinaan tentang cara pengelolaan limbah yang lebih bijak bisa dilakukan pada pelaku industri.