Senin 30 Apr 2012 19:12 WIB

Perbatasan Sudan Selatan Berstatus Darurat

Rep: Lingga Permesti/ Red: Heri Ruslan
sudan selatan
sudan selatan

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Sudan mengumumkan keadaan darurat di sepanjang perbatasannya dengan Sudan Selatan pada Ahad (29/4). Pengumuman ini memberi keleluasaan otoritas untuk melakukan penahanan setelah mereka menahan tiga warga asing di kota pertempuran di sepanjang perbatasan.

Penahanan tersebut dan pernyataan Sudan meningkatkan ketegangan lebih lanjut di sepanjang perbatasan dengan Sudan Selatan. Bulan lalu, kedua belah pihak perang habis-habisan karena pertempuran baru di wilayah sengketa. Para pejabat Sudan menuduh Sudan Selatan menggunakan pejuang asing selama serangannya ke wilayah kaya minyak Heglig, yang diklaim Sudan.

Pasukan Sudan Selatan diserang di daerah tersebut sehingga menambah kekhawatiran internasional karena meningkatnya pertempuran diantara kedua negara.

Juru bicara militer Sudan, Kolonel Sawarmy Khaled menyatakan pada Sabtu malam, empat orang ditangkap di wiayah Heglig, termasuk seorang warga Inggris, Norwegia, Afrika Selatan dan Sudan Selatan. Ia menuduh mereka melakukan kegiatan militer di Heglig namun tidak memerinci kegiatan apa yang dimaksud.

Presiden Sudan Omar Hassan al-Bashir juga telah memberlakukan embargo perdagangan terhadap Sudan Selatan selama sembilan bulan, yang terpisah dari Sudan tahun lalu sebagai bagian dari kesepakatan damai yang mengakhiri dua dasawarsa konflik.

Sudan Media Centre mengatakan keputusan keadaan darurat Bashir meliputi beberapa daerah di Kordofan Selatan, White Nile dan provinsi Sinnar.

Langkah ini menyusul beberapa bulan pertempuran perbatasan dengan Sudan Selatan, yang memisahkan diri Juli lalu setelah kesepakatan damai mengakhiri salah satu perang sipil terlama di Afrika tersebut, yang menewaskan sekitar dua juta orang antara tahun 1983 hingga 2005.

Keadaan darurat telah diberlakukan selama hampir satu dekade di Darfur, di sepanjang perbatasan barat dengan Sudan Selatan, sementara status yang sama diberlakukan di negara bagian Blue Nil September lalu ketika pemberontakan etnis dimulai.

Perdagangan melintasi perbatasan secara tidak resmi telah dilarang sejak kemerdekaan Sudan Selatan, tetapi dekrit darurat tersebut telah menguatkan secara formal larangan itu.

Sudan Selatan menyerbu Heglig awal bulan ini dan mengatakan daerah tersebut miliknya. Sementara Sudan juga mengatakan hal yang sama. Sudah akhirnya merebut kembali kota dan memukul mundur pasukan Sudan Selatan.

Sementara itu, Pemerintah Sudan mengatakan telah menahan empat orang warga asing di wilayah Heglig yang belakangan menjadi daerah konflik dengan Sudan Selatan. Keempat orang itu adalah warga negara Inggris, Norwegia, Afrika Selatan dan Sudan Selatan, berada di dalam kendaraan lapis baja dan melakukan kegiatan yang mencurigakan, demikian pemerintah Sudan.

Tuduhan itu langsung dibantah pemerintah Selatan. "Tuduhan itu sama sekali tidak benar," kata juru bicara Angkatan Darat Sudan Selatan, Philip Aguer.

 

sumber : ap/reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement