REPUBLIKA.CO.ID, Rusia menuduh pemberontak Suriah melakukan kampanye besar-besaran untuk menggagalkan prakarsa perdamaian Kofi Annan dengan melanggar gencatan senjata yang dimediasi PBB.
Seraya menilai pemberontak sebagai penyebab meningkatnya kekerasan baru-baru ini di Suriah, Departemen Luar Negeri Rusia, Rabu (2/5) menuding kelompok yang terlibat konfilk dengan pemerintah Damaskus berusaha merusak prakarsa damai untuk membuka jalan bagi intervensi militer asing di negara itu.
"Serangan itu pada dasarnya merupakan kampanye besar-besaran untuk mengacaukan situasi dan merusak upaya Annan," kata kemlu Rusia, mengacu pada serangan terhadap Bank Sentral Suriah dan tiga ledakan bom di kota Idlib pada Senin, yang menewaskan sedikitnya 20 orang.
Rusia juga mendesak masyarakat internasional untuk tidak membiarkan prakarsa Annan gagal. "Kami percaya itu adalah tugas masyarakat internasional untuk tidak membiarkan terganggunya pelaksanaan prakarsa damai. Kami juga akan berusaha untuk mengakhiri kekerasan di Suriah sesegera mungkin," tegasnya.
Menurut seorang diplomat Dewan Keamanan PBB, jika gencatan senjata tersebut gagal, maka Rusia dan Cina mengemban tanggung jawab untuk menyetujui beberapa tindakan keras, termasuk sanksi lebih ketat dan embargo senjata, karena mereka secara vokal mendukung rencana perdamaian Annan dalam pemungutan suara di Dewan.
Diplomat itu mengatakan bahwa itu bisa berarti mengambil tindakan berdasarkan Bab 7 Piagam PBB yang memberi wewenang kepada Dewan Keamanan untuk menjatuhkan sanksi atau mengizinkan langkah-langkah militer.