REPUBLIKA.CO.ID,RAMALLAH-- Tahanan Palestina yang melakukan aksi mogok makan di penjara-penjara Israel bertekad memulai babak kedua rencana mogok makan mereka di dalam penjara, Senin (7/5).
”Kami telah menyelesaikan aksi penomenal selama 20 hari. Hingga hari ini kamipun masih tetap tegar bagaikan gunung menghadapi Israel dan dunia,"ungkap keterangan para tahanan di hari ke 20 aksi mogok yang dilansir PIC.
Para tahanan mengatakan, Israel tidak menoleh sedikitpun mengenai tuntutan mereka yang meminta menghentikan penahanan secara administratif.
Sebelumnya, sepuluh tahanan Palestina yang melakukan aksi mogok makan massal di penjara Israel dilarikan ke rumah sakit, Sabtu (5/5). Mereka diantara 1.500 sampai 2.500 tahanan Palestina yang mogok makan untuk memrotes Israel untuk mengakhiri penahanan tanpa pengadilan.
Aksi mogok makan massal ini merupakan protes terbesar dalam penjara selama setahun terakhir, meski terdapat perbedaan jumlah pemogok makan baik dari piha Israel dan Palestina. Aksi ini melibatkan seperempat hingga setengah dari seluruh tahanan Palestina di penjara-penjara Israel yang diperkirakan mencapai 4.600 orang. Sebagian besar menolak makan dari 19 hari yang lalu, namun selebihnya mogok makan dari 40 sampai 70 hari.
Sementara itu, Liga Arab memutuskan untuk meminta Majlis Umum PBB mengadakan sidang luar biasa membahas isu tawanan dan tahanan Palestina dan Arab yang mendekam di penjara-penjara Zionis Israel.
Liga Arab juga menyerukan Majlis HAM PBB mengambil keputusan yang mengharuskan Israel terikat pada poin-poin kesepakatan Jenewa IV dan membuka penjara-penjaranya kepada tim internasional yang secara khusus untuk memantau praktek-praktek Israel terhadap para tahanan.
Liga Arab juga memutuskan untuk membentuk panitia persiapan dari Yordania, Palestina, Mesir, Irak, Kuwait dan dari negara-negara arab Lain untuk memulai persiapan konferensi internasional khusus tentang tawanan Palestina. Hal ini sebagai pelaksanaan dari keputusan KTT Sirte dan Bagdad, di mana keduanya menyerukan peluncuran kampanye politik dan media di level internasional untuk mengenalkan isu tawanan.
Liga Arab meminta komisioner PBB untuk HAM, Majlis HAM serta komisi anti penyiksaan dan Palang Merah Internasional untuk mengintensifkan komunikasi dengan otoritas penjajah Zionis Israel guna menghentikan praktek-praktek mereka terhadap para tawanan dan tahanan, terutama pelanggaran secara terang-terangan terhadap anak-anak, wanita dan lansia dan pasien, juga pada tawanan lama.