Senin 07 May 2012 23:03 WIB

Aden, Jejak Kota Tua (2)

Rep: C15/Heri Ruslan/ Red: Chairul Akhmad
Kota tua Aden, Yaman.
Foto: Blogspot.com
Kota tua Aden, Yaman.

REPUBLIKA.CO.ID, Adapun peran pasukan Aden dalam peperangan tersebut dijelaskan dalam atsar riwayat Al-Imam Abdur Razzaq Ash-Shanani dalam Jami Ma'mar bin Rasyid 1433 (4/174).

Abdullah bin Amr bin Al-Ash berkata, "Romawi akan memiliki raja yang mereka taati atau yang hampir tidak pernah didurhakai. Kemudian mereka turun di tempat demikian (Kota Amaq dan Kota Dabiq). Aku tidak melupakan tempat tersebut..."

Kemudian ia berkata, "Kaum mukminin ketika itu saling meminta bantuan kepada yang lainnya sampai akhirnya penduduk Aden Abyan membantu mereka di atas air sumur-sumur mereka..."

Kini, Aden adalah sebuah kota tepi laut di Yaman, terletak di arah timur menjelang Laut Merah (Teluk Aden), sekitar 170 kilometer arah timur Bab al-Mandeb. Ia memiliki sebuah pelabuhan kuno legendaris, terletak di kawah gunung nonaktif yang sekarang membentuk semenanjung.

Pelabuhan tersebut, Front Bay, pertama kali dimanfaatkan oleh sebuah kerajaan kuno, Awsan, antara abad ke-5 dan 7 SM. Dulu, Aden merupakan Ibukota Republik Demokratis Rakyat Yaman sampai negara tersebut bersatu dengan Republik Arab Yaman. Pada masa tersebut, Kota Aden dinyatakan sebagai zona perdagangan bebas.

Legenda lokal di Yaman menyebutkan bahwa sejarah Aden berusia sama tuanya dengan sejarah manusia. Bahkan, makam Qabil dan Habil, dua putra Nabi Adam AS diyakini berada di satu tempat di kota ini.

Dalam buku The Overall Survey of the Ocean's Shores karya Ma Huan, dituliskan pada 1421 Kaisar Dinasti Ming Cina, Yongle, memerintahkan dua utusannya, Li Xing dan Zhou Man, serta Zheng He untuk menyampaikan sebuah dekrit kerajaan dengan membawa penutup kepala serta jubah untuk dianugerahkan pada Raja Aden. Para utusan tersebut berangkat dengan tiga kapal harta karun dan berlayar dari Sumatra ke Pelabuhan Aden.

Ma Huan (1380-1460) adalah seorang musafir Islam sekaligus penerjemah yang menemani tiga dari tujuh ekspedisi Zheng He ke Samudera Barat, termasuk ke Pelabuhan Aden. Musafir yang memiliki nama pena Mountain-woodcutter itu mempelajari bahasa Arab agar mampu menerjemahkan. Konon, ia adalah non-Muslim yang kemudian masuk Islam.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement