REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepolisian Republik Indonesia menegaskan bahwa identifikasi penumpang Sukhoi Superjet 100 Warga Negara Asing (WNA) yang hilang di Gunung Salak tetap di bawah koordinasi Polri. Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Saud Usman Nasution mengatakan hal itu usai Salat Jumat di Mabes Polri, (11/5). "Identifikasi warga negara asing (WNA) tetap dalam koordinasi Polri," ujar Saud.
Walau demikian, jelas Saud, kepolisian juga telah bekerja sama dengan Kedutaan Besar (Kedubes) yang berada di Jakarta, berkaitan dengan 10 orang penumpang WNA, yang terdiri dari delapan orang warga Rusia, satu orang warga Amerika dan satu orang warga Perancis.
"Kerja sama dengan Kedubes itu untuk meminta data antem mortem dari ke 10 WNA tersebut, berupa data diri, sidik jari dan lainnya" kata Saud.
Sedangkan untuk warga Indonesia (WNI), Saud memaparkan bahwa tim dari kepolisian sudah mengumpulkan data antem mortem 35 orang. Data dari pihak keluarga yang telah diambil di antaranya sidik jari, ontologi, pakaian dan barang-barang yang dibawa korban untuk mempermudah identifikasi.
Data pembanding itu, jelas Saud, akan digunakan apabila nanti penumpang Sukhoi ditemukan, terutama bila dalam kondisi meninggal. Tim identifikasi dari kepolisan ini, papar Saud, nantinya terdiri dari 60 orang ahli forensik dan DNA yang terdiri dari 9 tim.
Di antaranya, bekerja sama dengan tim Patologi Universitas Indonesia, tim DVI dari kepolisian, Lembaga dibawah Lippi dan Menristek serta termasuk dari tim forensik Rusia.