Senin 14 May 2012 09:19 WIB

MInimnya Jaringan Telekomunikasi Hambat Tim Evakuasi

Rescuers from Russian ministry of emergency situation walk on the way to the crash site of the Sukhoi Superjet-100 at Mount Salak in Bogor, West Java, Indonesia, Sunday, May 13, 2012.
Foto: AP/Jefry Tarigan
Rescuers from Russian ministry of emergency situation walk on the way to the crash site of the Sukhoi Superjet-100 at Mount Salak in Bogor, West Java, Indonesia, Sunday, May 13, 2012.

REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR--Minimnya jaringan telekomunikasi membuat operasi evakuasi pesawat Sukhoi Superjet 100 di kawasan Gunung Salak, Bogor menjadi terganggu.

"Gangguan komunikasi menjadi salah satu penghambat dalam proses evakuasi ini. Karena kita berada di ketinggian jadi jaringan telekomunikasi sulit ditangkap telepon seluler," kata Pengendali Operasi Letkol TNI-AD Fazar Nugraha di posko Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin.

Letkol Fazar menyebutkan, untuk komunikasi tim SAR selain melalui Handy talky (HT), dan juga melalui telepon satelit sebagai laporan tim kepada posko. Kesulitan jalur komunikasi tersebut sudah terjadi sejak pertama tim berada di posko kendali Balai Embrio Ternak (BET) Kampung Pasirpogor, Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor.

Untuk bisa berkomunikasi, tim mendirikan sejumlah tiang pemancar HT untuk menyuplai frekuensi alat telekomunikasi tersebut. Namun, itu juga tidak efektif digunakan karena tergantung baterai.

Selama di Posko Kendali BET, salular komunikasi telepon genggam juga tidak berfungsi. Akibat jaringan sinyal yang tidak sampai ke lokasi. "Minimnya sinyal telepon ini jadi sulit juga berkomunikasi dengan menggunakan telepon seluler," kata Fazar.

Sementara itu, kepala laboratorium BET, dokter hewan Laela mengatakan sinyal telepon seluler di lokasi kandang sapi tersebut memang sulit.

Bagi mereka yang ingin berkomunikasi, harus mencari sinyal di titik-titik tertentu di sekitar kandang sapi. "Biar sinyal tidak hilang, kita tidak boleh bergerak saat menelepon. Kalau bergerak sedikit aja, sinyalnya hilang," kata drh Laila.

Laila mengatakan, selama bekerja di balai, mereka memang jarang memanfaatkan jaringan telekomunikasi di sekitar kandang Balai yang berada di ketinggian 1200 mdpl.

"Kalau mau berkomunikasi turun dulu ke kantor, baru bisa bebas menelepon," katanya.

Lemahnya sinyal komunikasi di kawasan BET juga dikeluhkan sejumlah relawan dan juga rekan-rekan media yang ada di posko kendali tersebut.

Menurut Kepala koordinator pengendalian bencana dan kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Budi Aksomo, hilangnya sinyal komunikasi membuat dirinya kesulitan berkoordinasi dengan sejumlah anggotanya.

"Apalagi kita mau memesan logistik, harus turun dulu ke Kantor Kecamatan baru dapat sinyal," katanya.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement