Kamis 17 May 2012 17:07 WIB

Inilah Mekanisme Demokrat dan PDIP Usung Capres

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Karta Raharja Ucu
Kampanye Partai Demokrat.
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Kampanye Partai Demokrat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Demokrat bakal mengusung calon presiden melalui keputusan majelis tinggi. Suara-suara kader dihimpun, kemudian dibicarakan lebih lanjut dalam rapat tersebut yang dipimpin langsung Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Mekanismenya seperti itu," jelas Anggota Dewan Pembina Demokrat, Ahmad Mubarok, saat dihubungi, Kamis (17/5). Mekanisme seperti itu, kata Mubarok, sudah diatur melalui ketentuan internal partai.

Ketua DPP Demokrat, Jafar Hafsah secara terpisah menyatakan, mekanisme itu harus ditaati seluruh anggota dan kader Demokrat tanpa terkecuali. "Kalau nanti ada yang mengusulkan capres maka belum tentu itu suara partai. Mungkin pribadi," jelasnya.

Kendati demikian, Jafar Hafsah mengatakan, partai berlambang bintang Mercy itu baru akan mengusung capres pada 2013 mendatang.

 

Sementara Partai Golkar mengusung capresnya melalui mekanisme internalnya. Awalnya, Golkar memilih capres melalui aspirasi kader dan masyarakat kepada partai, lalu dibicarakan dalam rapimnas. Suara DPD kemudian disampaikan ke DPP yang akan menginformasikan kepada Dewan Pertimbangan Partai. Suara tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan Rapimnassus yang rencananya tahun ini bakal digelar Juni mendatang. Dalam forum itu, DPD II hanya sebagai peninjau, sedangkan DPD I dan DPP memiliki hak suara.

Sementara partai oposisi, PDIP memiliki mekanisme sendiri dalam mengusung capres. Sekretaris Jenderal DPP PDIP, Tjahjo Kumolo, menegaskan, penentuan calon presiden dan calon wakil presiden dari partainya merupakan wewenang Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri. "Pengambilan keputusannya diserahkan kepada beliau," katanya.

Bakal calon dapat diambil berdasarkan survey internal. Popularitas, integritas, dan kapasitas sebagai pemimpin, menjadi syarat mutlak bagi capres dari PDIP.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement