REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Israel menyatakan, pembicaraan damai nuklir Iran sudah tertutup. Duta Besar Amerika Serikat untuk Israel, Dan Shapiro menegaskan, negaranya tidak akan melanjutkan dialog dengan Republik Islam Iran terkait nuklir Iran selamanya.
Berbicara di Tel Avis University, pertemuan putaran kedua pembicaraan nuklir Iran tidak menghasilkan apapun. "Kami tidak bermaksud untuk melanjutkan perundingan demi perundingan. Jendela sudah tertutup," katanya kepada delegasi yang menghadiri konferensi keamanan internasional di universitas tersebut, Rabu (30/5) kemarin.
Iran, menurut Shapiro, bertanggung jawab untuk membuktikan pembicaraan yang serius. Namun, selama ini Iran hanya mengulur-ngulur waktu. Sebelumnya, Iran mengadakan perundingan dengan kelompok P5 +1 yang berisi AS, Rusia, Cina, Inggris, Perancis dan Jerman. Pembicaraan memang belum mencapai kata sepakat, namun akan dilanjutkan dalam pertemuan lain di Rusia pada bulan Juni.
Ada perbedaan yang signifikan dan positif dalam pembicaraan Baghdad. Tetapi, masih kata Shapiro, utusan AS memperingatkan sanksi paling keras belum datang dan ancaman militer terhadap fasilitas nuklir Iran masih terbuka. "Kita menerapkan semua unsur kekuatan AS untuk mencegah nuklir Iran," sebut dia.'
Ini berarti, komponen politik, diplomatik komponen, komponen ekonomi dan opsi militer akan mungkin dilakukan. Baik Washington maupun Israel telah mengesampingkan pilihan serangan militer. Presiden AS, Barack Obama juga bersikeras untuk tetap di jalur diplomasi menghadapi Iran. Shapiro menegaskan, Iran harus menghentikan semua pengayaan nuklir, bukan hanya pengayaan ke tingkat tinggi.
"Tepat seperti Israel, Amerika Serikat percaya Iran harus menghentikan seluruh pengayaan uranium," katanya seraya menekankan Teheran harus melakukan langkah-langkah konkrit mengenai pengayaan nuklirnya.