REPUBLIKA.CO.ID, Usianya saat itu baru 26 tahun. Ia sudah merasakan pemerintahan Hosni Mubarak sejak masih dalam kandungan. Tidak banyak informasi yang didapatkan tentang masa kecil maupun remaja dari wanita pemberani ini.
Tetapi, peranannya melakukan pergerakan melawan ketidakadilan dimulai tahun 2008, setelah menyelesaikan pendidikan administrasi bisnis di Universitas Kairo.
Sebelumnya, ia sempat bekerja sebagai manajer keuangan di perusahaan broadband. Namun, ia memutuskan meninggalkan pekerjaannya demi memperjuangkan hak-hak orang yang tertindas.
Sebagai seorang aktivis, Asmaa memulai perjuangannya dengan menjadi salah satu penggagas 'Gerakan Pemuda 6 April'. Gerakan ini melalui situs jejaring sosial Facebook berusaha mengumpulkan dan mengoordinasi dukungan mogok kerja yang dilakukan oleh buruh pabrik El-Mahalla El-Kubra pada 6 April 2008.
Aksi ini dilakukan untuk menuntut keamanan, kebebasan, upah yang sesuai, transportasi, fasilitas kesehatan, dan fasilitas pendidikan. Ketidakadilan yang terjadi di pabrik tersebut hanya bagian kecil dari contoh pemerintahan korup Mubarak yang memperlebar jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, sehingga membuat pelayanan sosial menjadi bobrok di Mesir.
Saat mogok kerja itu benar-benar dilakukan, para pendukung yang berasal dari para blogger, wartawan independen, dan aktivis ditangkap dan diperlakukan kasar oleh antek pemerintah dan polisi-polisi berpakaian preman. Beruntung, para pendukung lainnya berhasil mengumpulkan pengacara dan dukungan keamanan untuk melindungi mereka yang terlibat dalam aksi mogok kerja tersebut.
Dari pengalaman itu, Asmaa belajar banyak hal. Ia mulai memahami jaringan kerja, berorganisasi, dan mengalahkan rasa takut ketika melakukan protes melawan pemerintah. "Ketika kamu mengatakan sudah tidak ada harapan, maka tidak akan ada harapan. Tapi, jika kamu turun dan melakukan aksi, di sana akan ada harapan," prinsipnya.