REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Chossy Latu, perancang busana yang dikenal sebagai pejuang perubahan paradigm seni tekstil tenun Indonesia, berhasil menembus panggung peragaan mode elit Eropa dengan karya-karyanya berbahan dasar modifikasi tenun tradisional berbagai daerah.
"Saya bersyukur akhirnya bisa membawa tenun kita ke tempat elit itu dan memperagakannya di sana," kata Chossy Latu, dalam perbincangan di kediamannya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.
Ditemani dua rekannya yang juga aktivis Cita Tenun Indonesia (CTI), Dhanny Dahlan dan Pingkan Ullmer, Chossy mengatakan rasa syukurnya didasarkan pada fakta betapa sulitnya perancang busana dari manapun bisa memperagakan karya-karyanya di lokasi sangat bergengsi, Museum Quarteir, Wina.
"Mas Chossy berjasa besar dalam hal itu, contohnya antara lain bergairahnya daerah Indralaya di Palembang sebagai sentra industri tenun kontemporer. Kini perajin-perajin setempat telah menikmati hasilnya," kata Dhanny yang aktif melakukan riset tentang tenun dari Aceh, Badui hingga NTT.
Pingkan melihat sisi lain dari sukses peragaan karya-karya Chossy di Wina itu. "Ini juga guna meningkatkan citra Indonesia sebagai negara tujuan wisata ke dunia internasional. Kain tenun adalah kekayaan budaya Indonesia yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke," katanya.
Chossy Latu yang anggota Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) dan mitra kerja perkumpulan Cita Tenun Indonesia (CTI), perkumpulan yang melestarikan, mengembangkan dan mensosialisasikan kain tenun Indonesia di tanah air dan dunia internasional.