REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS - Kedutaan Suriah di Sanaa membantah laporan-laporan media tentang pembelotan duta besarnya ke Yaman Ahad (3/6). Hal itu diungkapkan kementerian luar negeri negara itu dalam satu pernyataan email kepada Xinhua.
"Laporan tersebut muncul dalam rangka menyesatkan perang psikologis yang dilakukan terhadap rakyat Suriah," kata kementerian, dan menambahkan bahwa "itu adalah fitnah belaka."
Lebih dari 13 negara Barat bersama dengan beberapa negara Arab baru-baru ini mengusir para diplomat Suriah dari negara mereka sebagai protes terhadap lonjakan kekerasan di Suriah, terutama setelah pembantaian yang mengguncang desa Houla, di mana lebih dari 100 orang tewas.
Suriah membantah terlibat dalam pembunuhan itu dan menahan kelompok-kelompok bersenjata yang didukung oleh kekuatan-kekuatan regional dan internasional yang bertanggung jawab atas serangan itu.
Dikatakan bahwa mereka yang melakukan pembantaian itu dengan tujuan untuk merusak dan membunuh rencana enam pasal perdamaian yang diajukan oleh utusan khusus PBB-Liga Arab Kofi Annan.
Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan pada Ahad bahwa negaranya menjadi sasaran perang nyata. Ia juga menuding bahwa krisis ini bukan politik melainkan proyek penghasutan.
Bashar menyebut pembantaian Houla sebagai "kejahatan brutal dan buruk" dan bahkan bahasa manusiapun tidak dapat menggambarkannya.
Namun, Ia mengatakan pintu masih terbuka untuk siapa saja yang ingin reformasi dan siap untuk menyerahkan pelaku terorismenya.