REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Satu tentara Inggris tewas akibat tembakan senjata ringan saat patroli di Afghanistan, kata kementerian pertahanan pada Minggu.
Tentara itu, dari Batalyon III Resimen Yorshire, bertugas di kabupaten Nahr-e Saraj di provinsi Helmand, Afghanistan selatan ketika diserang. Keluarganya sudah diberitahu.
Juru bicara tentara Inggris di Helmand, Letnan Kolonel John Kerner, kematian tentara itu dirasakan setiap orang di Gugus Tugas Helmand. "Pemikiran kami bersama keluarga dan rekannya pada masa sulit ini," katanya.
Tentara itu adalah serdadu Inggris ke-417 tewas sejak tugas tentara di Afghanistan dimulai pada 2001. Inggris menugaskan 9.500 tentara di Afghanistan, terutama ditempatkan di Helmand, sebagai bagian dari lebih kurangn 130.000 serdadu Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tempat mereka memerangi pejuang Taliban.
Negara itu merencanakan menarik seluruh pasukan tempurnya pada 2015. Sedikit-dikitnya, 181 tentara asing dalam ISAF tewas di Afghanistan pada tahun ini, kata AFP berdasarkan atas hitungan laman icasualties.org.
Sejumlah 3.030 tentara asing pimpinan Amerika Serikat tewas di Afghanistan sejak serbuan pada 2001, dengan Amerika Serikat menderita korban terbanyak dengan 1.998 orang, diikuti Inggris dengan 417, Kanada (158), Prancis (83), Jerman (52), Italia (49), Denmark (42), Polandia (36), Spanyol (34), Australia (32), Belanda (25), dan sisanya dari negara lain anggota persekutuan sekitar 40 negara itu.
Perang itu sangat tidak disukai rakyat Barat pengirim pasukan ke Afghanistan. Jajak pendapat di Inggris, Prancis dan Jerman menunjukkan kian banyak warganya menuntut tentara mereka segera ditarik.
Dukungan bagi perang di Afghanistan turun tajam di kalangan warga Amerika Serikat dalam beberapa bulan belakangan saat mereka semakin kecewa dengan kemelut sejak lebih dari satu dasawrase lalu itu, kata jajak pendapat New York Times/CBS News, yang disiarkan pada akhir Maret.
Duapertiga dari yang ditanya -69 persen- menyatakan Amerika Serikat seharusnya tidak lagi berperang di Afghanistan, naik dari 53 persen pada November dan persentase tertinggi sejak jajak pendapat New York Times/CBS News mengajukan pertanyaan itu pada 2009, kata CBS.
Enampuluh delapan persen petanggap menyatakan pertempuran itu "agak buruk" atau "sangat buruk", sementara 42 persen menyuarakan pandangan tersebut pada November 2011, kata "New York Times".