REPUBLIKA.CO.ID, TULLE, PRANCIS - Presiden Prancis Francois Hollande, Sabtu (9/6), mengatakan bahwa Prancis akan mulai menarik pasukannya dari Afghanistan bulan depan dan selesai akhir tahun ini, setelah empat tentaranya tewas sehari menjelang pemilihan legislatif.
Hollande mengatakan, Prancis akan memberikan satu "penghormatan nasional" kepada prajurit-prajurit yang tewas dalam serangan Taliban di Afghanistan timur Sabtu pagi dan lima orang lainnya yang cedera akan segera dipulangkan.
Penarikan pasukan Prancis dari Afghanistan adalah salah satu dari janji-janji kampanye dalam pemilihan presiden yang diucapkan Hollande.Penarikan pasukan itu akan dimulai Juli, akan rampung pada akhir tahun 2012," kata presiden itu.
"Sementara itu, segala sesuatunya harus dilakukan untuk pasukan kita untuk memenuhi kewajiban-kewajiban mereka tetapi dengan tingkat keamanan dan kewaspadaan tertinggi bagi keselamatan nyawa para serdadu.
"Saya membuat janji di sini dan saya akan menjadi penjamin bagi operasi ini," kata Hollande di Tule, tempat ia menghadiri satu peringatan pembantaian para warga sipil oleh pasukan Nazi 9 Juni 1944.
Menurut kementerian pertahanan Prancis, tentara yang jadi sasaran serangan Sabtu itu ikut serta dalam satu "operasi pengawasan" di provinsi yang berbatasan dengan Pakistan d mana gerilyawan sangat aktif.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Sediq Sediqqi mengemukakan kepada AFP penyerang itu menyamar sebagai seorang wanita yang mengenakan burqa. Tiga dari lima tentara yang cedera berada dalam kondisi kritis Sabtu.
Mereka adalah tentara Prancis pertama yang tewas di Afghanistan sejak 20 Januari, ketika seorang tentara Afghanistan menembak mati empat tentara yang tidak bersenjata dan melukai 15 lainnya. Sekitar 3.500 tentara Prancis digelar di Afghanistan, terutama di Kabul dan di provisi Kapisa tempat serangan Sabtu itu terjadi.
Sejak serangan Januari, Prancis mulai mempercepat penarikan pasukannya, dan tentara Prancis telah diinstruksikan untuk sedikit mungkin menampakkan diri mereka.
Kendatipun mantan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy menetapkan batas waktu akhir 2013 untuk memulangkan pasukan tempur, Hollande yang mengalahkan Sarkozy dalam pemilihan presiden Mei, memutuskan untuk mempercepat pemulangan itu.
Rakyat Prancis akan melakukan pemungutan suara putaan pertama pemilihan legislatif di mana partai Sosialis pimpinan Hollande dan sekutu-sekutu mereka berharap dapat menguasai Majelis Nasional dari konservatif.
Kendatipun keputusan Hollande menghadapi perlawanan kecil dari mitra-mitra NATO dalam satu KTT di Chicago Amerika Serikat belum lama ini, penarikan pasukan itu tetap satu proses yang rumit.
Penarikan itu melibatkan 2.000 personil pasukan tempur dalam enam bulan, dengan sisanya akan tetap berada di Afghanistan untuk menangani pemulangan peralatan militer termasuk 900 kendaraan lapis baja dan lebih dari 1.000 peti kemas.
Francois Heisbourg dari International Institute for Strategic Studies mengatakan bahwa penarikan pasukan Sovyet di Afghanista tahun 1990-an dilakukan dengan korban yang sedikit. Prancis merupakan kontingen terbsar kelima bagi pasukan NATO pimpinan AS yang berkekuatan 130.000 personil.