REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Target penyelesaian masalah prostitusi di Jatim menemui titik terang. Hal itu terlihat dari semakin berkurangnya jumlah PSK di wilayah Jatim.
Di Surabaya misalnya, kawasan prostitusi Doli yang dulu diklaim terbesar se- Asia Tenggara, saat ini sudah mulai redup dan hanya menyisakan sekitar 153 PSK. Jumlah itu hanya ada di dua RT.
Penyelesaian masalah prostitusi ini, menurut Gubernur Jawa Timur, Soekarwo tidak lepas dari peran Ulama di Jatim. Di bawah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim, ulama atau da'I tersebut mendirikan Ikatan Da'I Area Lokalisasi (Idial) sejak tahun 1980 lalu.
Dari sinilah, kesadaran-kesdaran sebagai modal dasar PSK untuk keluar dari pekerjaan haram ini terbuka. Hasilnya, secara perlahan, mereka (PSK) bersedia dengan sukarela untuk keluar dari pekerjaan ini.
Dari langkah ini, pemerintah Provinsi Jatim tidak tinggal diam. Sebab, masalah selanjutnya adalah milik pemerintah dengan memberdayakan mereka agar dapat menjalani kehidupan normal.
Saat ini, langkah Pemprov Jatim dengan memberdayakan dan memberikan stimulus modal usaha bagi PSK yang keluar dari area lokalisasi.
"Bukan hanya masalah sosial atau ekonomi, tapi masalah kemanusiaan, penyelesaiannya juga berdasar rasa kemanusiaan," kata dia usai membuka workshop Penenganan WTS di Surabaya, Selasa (12/6).