REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Busyro Muqoddas, mengatakan banyak aktivis dari organisasi masyarakat (ormas) Islam bersih. Namun, mereka menjadi rusak setelah masuk ke partai politik. "Banyak kalangan aktivis muslim relatif bersih secara perilakunya, tapi ketika masuk partai politik banyak yang terlibat korupsi," kata Busyro, Ahad (17/6).
Menurut Busyro, hal tersebut menjadi masalah yang sangat serius. Mengapa orang-orang, termasuk dari kalangan aktivis muslim yang awalnya bersih, namun bisa menjadi koruptor saat masuk ke dalam partai politik. Menurut Busyro, ideologi partai politik Islam yang ada saat ini di Indonesia tidak ada yang bersifat kerakyatan. Pada umumnya, ideologi partai hanya bersifat pragmatis dan hedonis.
"Ideologi seperti ini hanya memberhalakan kebendaan dan keduniawian," kata Busyro. Namun, Busyro membedakan antara ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU) atau Muhammadiyah dengan partai politik Islam. Menurutnya, ormas-ormas Islam masih tetap konsisten untuk bergerak pada kepentingan rakyat dan umat Islam.
Namun, hal ini tidak terlihat di partai politik Islam. Partai-partai politik seperti itu hanya menjadikan Islam untuk menggaet suara saja," katanya.
Busyro berharap, peringatan hari Isra Miraj ini menjadikan partai-partai politik Islam untuk berintrospeksi. Ormas-ormas Islam memiliki peran untuk terus mengawasi dan membina kader-kadernya yang berpolitik. "KPK juga siap membantu dengan mengembangkan progam-program pendidikan anti korupsi di partai," kata Busyro.