Rabu 20 Jun 2012 19:50 WIB

Ical: Lapindo tak Dapat Hentikan Popularitas Golkar

Aburizal Bakrie
Foto: Antara/Rosa Panggabean
Aburizal Bakrie

REPUBLIKA.CO.ID, MADIUN -- Permasalahan lumpur Lapindo yang belum juga selesai dikatakan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) tidak akan menghentikan kemajuan yang diraih Partai Golkar saat ini.

"Kalau ditanya apakah Lumpur Lapindo ada dampaknya bagi elektabilitas Partai Golkar, jawabnya ada, tapi hal itu tidak dapat menyetop kemajuan Partai Golkar," ujarnya di hadapan ratusan kader Golkar di Desa Kaibon, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, Jatim, Rabu.

Jawaban tersebut diberikan Aburizal Bakrie saat menanggapi pertanyaan yang diajukan salah satu kadernya yang merasa kasus lumpur Sidoarjo akan menjadi "duri" dalam langkah Ical saat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014. Menurut Aburizal, bukti kasus Lumpur Lapindo tidak dapat menghentikan elektabilitas Partai Golkar adalah capaian hasil survei sejumlah lembaga penelitian terhadap suara Golkar yang terus meningkat.

"Dari hasil 14 persen, Golkar terus naik. Setiap ada survei tiga bulan sekali, terus naik hingga saat ini mencapai lebih dari 20 persen. Bahkan di Jawa Timur, termasuk Sidoarjo, hasil survei yang ada, popularitas Golkar telah mencapai 23-25 persen," kata dia.

Ia menilai permasalahan seputar Lumpur Lapindo tersebut terus mengemuka, karena ada pihak-pihak tertentu yang memolitisasi dan menyebarkan fitnah. Padahal, secara hukum, sesuai putusan Mahkamah Agung tanggal 14 Desember 2007, PT Lapindo Brantas dinyatakan tidak bersalah dan tidak diwajibkan bertanggung jawab, sebab semburan lumpur panas itu telah dinyatakan sebagai bencana alam dan menjadi tanggung jawab pemerintah.

Meski diputuskan tidak bertanggung jawab atas bencana alam itu, pihaknya menyatakan keluarga besar Bakrie mengganti kerugian yang dialami korban lumpur dengan nilai total mencapai Rp9 triliun.

"Hal tersebut sesuai dengan wasiat almarhumah ibu saya yang meminta tetap melaksanakan jual beli tanah tidak peduli keluarga Bakrie salah ataupun benar," katanya.

Uang sebesar itu digunakan membeli tanah milik warga yang berada di dalam peta terdampak, yang nilainya mencapai 20 kali lipat dari nilai jual objek pajak (NJOP). "Itu bukan ganti rugi, tetapi jual beli. Itu semua dari kantong sendiri yakni dari uang keluarga Bakrie. PT Lapindo Brantas tidak punya uang sebanyak itu," jelasnya.

Pihaknya menargetkan akan menyelesaikan seluruh proses jual beli tanah milik para korban lumpur Sidoarjo pada akhir tahun ini. Dari jumlah Rp9 triliun tersebut, masih tersisa tanggungan sebesar Rp900 miliar.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement