REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Ankara membantah tuduhan bahwa pihaknya mengirim senjata kepada pemberontak Suriah melintasi perbatasan pada Jumat (22/6).
Pernyataan ini menyusul satu laporan yang menyatakan Turki termasuk di antara negara-negara yang mempersenjatai pemberontak yang memerangi pemerintah Damaskus.
"Turki tidak mengirim senjata-senjata ke negara tetangga manapun, termasuk Suriah," kata juru bicara kementerian luar negeri Selcuk Unal menjawab pertanyaan terkait keterlibatan Turki dalam pengiriman senjata kepada pemberontak Suriah.
Surat kabar The New York Times Kamis memberitakan para agen intelijen Amerika Serikat di Turki mengawasi arus pengiriman senjata kepada pemberontak Suriah untuk menjamin senjata-senjata itu tidak jatuh ketangan kelompok Alqaidah.
Harian itu mengutip para pejabat AS yang tidak disebut namanya dan para pejabat intelijen Arab yang mengatakan senjata-senjata itu dibayar oleh Turki, Arab Saudi dan Qatar dan diangkut melintas perbatasan Turki oleh satu jaringan oposisi.
Unal membantah Turki ikut berperan dalam pengirim senjata ke Suriah, dan menambahkan berita-berita itu didasarkan pada sumber-sumber yang tidak dikenal.
Senjata-senjata itu, menurut NY Times, termasuk senapan-senapan otomatis, granat berpeluncur roket, amunisi dan beberapa senjata anti-tank, yang memungkinkan pemberontak memerangi pasukan pemerintah Presiden Bashar al-Assad yang jauh lebih kuat.
Turki, sekutu lama pemerintah Damaskus, memutuskan hubungan dengan Bashar tahun lalu saat demonstrasi rakyat di Suriah yang disusul dengan bentrokan berdarah yang telah menewaskan setidaknya 14.400 orang dalam 16 bulan.
Turki kini menampung 32.750 pengungsi Suriah, yang tiba terutama dari Suriah barat laut yang dekat dengan perbatasan kedua negara, kata Unal.
Turki juga memberikan tempat penampungan kepada 12 hendral Suriah yang membelot dari militer Suriah untuk bergabung dengan kelompok pemberontak Suriah, katanya.