REPUBLIKA.CO.ID, SEMARAPURA -- Gubernur Bali Made Mangku Pastika mendorong penemuan teknologi hortikultura agar buah-buahan dan sayur-sayuran lokal mampu bersaing dengan produk impor.
"Terus terang, kami prihatin dengan konsumen lokal yang cenderung menyukai buah impor," katanya dalam simakrama (temu wicara) dengan masyarakat di Semarapura, Kabupaten Klungkung, Sabtu.
Menurut dia, kalau para ahli pertanian dapat menemukan teknologi yang membuat buah-buahan lokal, berwarna bagus, dan kulitnya halus seperti buah impor, tentunya akan dapat kembali menarik minat masyarakat mencintai buah lokal.
Pernyataan itu disampaikan Gubernur, menanggapi keluhan dari Ketut Abas, warga Kabupaten Bangli dalam simakrama itu yang menyayangkan makin maraknya penggunaan buah impor terutama untuk keperluan upacara. Pastika menyadari bahwa impor buah yang semakin besar akan sangat merugikan para petani lokal.
Bahkan beberapa waktu lalu, dia bersama 10 gubernur di Indonesia telah membuat rekomendasi kepada Menteri Perdagangan agar membatasi impor buah.
"Khusus untuk di Bali, mungkin sebaiknya ada 'awig-awig' (peraturan adat tertulis) yang menyatakan tidak boleh membuat banten (sesajen) dengan menggunakan buah impor," ujarnya.
Ia juga mengharapkan tokoh agama dan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali dapat mengkaji pelan-pelan, menyadarkan umat agar lebih memilih penggunaan buah lokal.
Simakrama di Semarapura itu dihadiri oleh Bupati Klungkung Wayan Candra, anggota DPRD Bali Ngakan Samudra, para pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Pemprov Bali dan Pemkab Klungkung serta ratusan warga.