Rabu 11 Jul 2012 23:18 WIB

Pembangunan Pelabuhan Berdampak Negatif Bagi Nelayan

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Dewi Mardiani
Nelayan mengangkat keranjang berisi ikan hasil tangkapan mereka. (ilustrasi).
Foto: Antara/Arief Priyono
Nelayan mengangkat keranjang berisi ikan hasil tangkapan mereka. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Rencana pembangunan Pelabuhan Peti Kemas, yang berlokasi di Perairan Ciparage, Kecamatan Tempuran menuai persoalan. Para nelayan di dua kecamatan, Tempuran dan Cilamaya Kulon, mengeluhkan soal pembangunan tersebut.

Lokasi pelabuhan nantinya akan menggangu aktivitas menangkap ikan. Pasalnya, pembangunan tersebut menggunakan pola reklamasi laut. Dengan begitu, lahan tangkap para nelayan akan terganggu.

Sahari, Ketua Rukun Nelayan Kampung Pasir Putih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, mengatakan pelabuhan itu akan menghabiskan perairan seluas empat kilometer. Laut tersebut akan diurug menjadi dataran. Dengan begitu, dampaknya lahan tangkapan nelayan akan berkurang akibat reklamasi tersebut. "Nelayan akan dirugikan akibat pembangunan ini," kata Sahari, Rabu (11/7).

Dia mencontohkan, empat bulan yang lalu datang serombongan tim survei dari pihak terkait. Mereka memasang patok-patok yang terbuat beton di sepanjang Pantai Ciparage. Kabarnya, patok itu untuk menyurvei geologi.

Setelah survei itu selesai, patok tersebut tetap tertancap d perairan. Kondisi ini, jelas mengganggu arus lalu lintas perahu nelayan. Sebab, jika tak jeli bisa saja perahu tersebut menabrak patok. Akibatnya, perahu akan bocor dan karam.

Sebenarnya, kata dia, nelayan setuju dengan pembangunan pelabuhan peti kemas ini. Dengan catatan, pembangunan tersebut, tidak menambah kesengsaraan bagi nelayan. Karena itu, pemerintah harus bijak dalam melihat kondisi seperti ini. Termasuk, persoalan kompensasi. "Sampai sekarang belum pernah dibicarakan soal kompensasi," jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement