REPUBLIKA.CO.ID, Keindahan karya para seniman Maroko ini juga bisa kita lihat pada bagian plafon dan lantai.
Plafon yang terbuat dari kayu cedar disusun dengan rapi yang dipadu dengan lantai dari marmer putih. Perpaduan ini menunjukkan sebuah tradisi yang anggun.
Bagian lain dari kompleks Masjid Raya Paris yang tidak boleh dilewatkan adalah ruangan shalat. Untuk menuju ruang shalat, harus melalui sebuah pintu yang terbuat dari puluhan potongan kayu yang sudah dipahat.
Ruangan shalat ini dihiasi dengan jendela-jendela berteralis. Pada bagian depan, akan tampak sebuah dekorasi rapi bertuliskan mihrab yang menjadi arah kiblat.
Di bagian tengah ruangan yang luas itu, tampak beberapa tiang yang menopang kubah dari kayu cedar yang merupakan hasil pahatan tangan. Tiang-tiang tersebut membentuk formasi segi delapan.
Di dalam ruang shalat ini, terdapat dua buah mimbar untuk tempat imam berkhutbah di hari Jumat atau hari raya Islam. Mimbar pertama yang terbuat dari kayu berkualitas bagus merupakan pemberian Raja Fuad pertama dari Mesir.
Mimbar yang lain adalah hasil pemberian Raja Son Altesse Lamine Bey dari Tunisia. Ini merupakan mimbar terbaik dari masjid di kerajaannya.
Ketika memasuki ruangan shalat, para pengunjung akan melihat hamparan karpet yang indah berukuran 7,64 x 4,37 meter. Karpet tersebut merupakan pemberian Raja Iran, Shah Reza Pahlevi. Dibuat di Djanchaghan, karpet ini merupakan karya seni Persia.
Tempat persembunyian orang Yahudi
Saat bangunan Grande Mosque de Paris telah resmi digunakan, masyarakat dunia baru saja pulih dari trauma Perang Dunia I yang berlangsung dari 1914 hingga 1918.
Kendati pihak Jerman mengalami kekalahan pada perang tersebut, pada babak berikutnya justru bangkit dan tumbuh menjadi sebuah kekuatan baru di kancah internasional.