Selasa 17 Jul 2012 06:52 WIB

Fitnah Gharaniq: Bangau-bangau Putih

Gurun pasir (ilustrasi)
Foto: .free-extras.
Gurun pasir (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Assalamu’alaikum Wr Wb

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Peristiwa ini sengaja saya angkat karena telah terjadi kesalahpahaman di antara kaum musyrikin dan kaum Muslimin dalam peristiwa fitnah gharaniq.

Gharaniq adalah kata jamak dari asal kata ghurnuq dalam bahasa Arab yang berarti sejenis burung air berkaki panjang, bersayap lebar dan umumnya berwarna putih atau sejenis dengan burung bangau yang banyak terdapat di negeri kita.

Kisah ini diawali dengan kaum Muslimin yang hijrah ke Habasyah (Ethiopia sekarang) dan tinggal di negeri itu sekitar tiga bulan lebih yaitu Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan tahun kelima  bi’tsah kenabian.

Pada bulan berikutnya yaitu bulan syawal, mereka pulang ke Mekah karena mendengar desas-desus bahwa kaum musyrikin Mekah telah berubah sikap, tidak lagi memusuhi  orang-orang beriman. Akan tetapi desas-desus itu tidak benar karena baru saja mereka pulang, kaum musyrik ini tetap mengganggu dan memusuhi mereka. Karenanya mereka bertekad untuk berhijrah lagi yang kedua ke Habasyah.

Yang ikut dalam Hijrah yang  kedua ini lebih banyak lagi dari yang pertama, terdiri dari 83 pria dan 18 wanita. Rasulullah pun mengizinkan apalagi Najasyi (Raja Habasyah) dan beberapa orang pemuka agama di negeri Habasyah telah memeluk agama Islam. Mereka menetap di Habasyah hingga kaum muslimin Berjaya di Madinah.

Mengenai peristiwa Habasyah beberapa sumber riwayat menuturkan bahwa sebulan sebelum kaum muslimin meninggalkan Habasyah untuk pulang ke Mekah yaitu di bulan Ramadhan, malaikat Jibril as datang kepada Rasulullah saw menyampaikan firman Allah SWT yaitu surah An Najm. Sebagaimana biasa setiap beliau menerima firman Allah, beliau langsung meneruskannya kepada kaum muslimin.

Pada saat beliau sedang membacakan surah tersebut (An Najm) banyak kaum musyrikin yang ikut turut mendengarkan. Ketika bacaan beliau sampai pada ayat akhir surat tersebut, yaitu; “Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia). (QS. An Najm : 62)

Kaum musyrikin yang hadir turut sujud mengikuti kaum muslimin. Tentu saja kaum muslimin sangat bergembira menyaksikan itu.Mereka menyangka kaum musyrikin telah beroleh hidayah. Peristiwa salah sangka itulah yang kemudian cepat menyebar keseluruh pelosok Mekah, bahkan terdengar sampai ke Habasyah.

Dengan bergembira maka kaum Muslimin Habasyah bersegera pulang dikarenakan ingin berjumpa dengan sanak saudara dan Rasul tentunya. Namun di perjalanan mereka bertemu dengan sekelompok orang dari Bani Kinanah. Mereka menyebutkan bahwa; “Setelah orang-orang Quraisy (musyrikin Quraisy) mendengar sendiri Muhammad menyebut kebaikan tuhan-tuhan (berhala) mereka, banyak dari mereka yang mengikutinya. Akan tetapi kembali memusuhinya ketika beliau kembali mencelanya. Mereka kami tinggalkan dalam keadaan seperti itu”.

Mendengar kabar tersebut kaum muslimin Habasyah terkejut, sedih bercampur bingung. Mereka sebenarnya ingin kembali ke Habasyah namun mereka menginginkan kebenaran cerita langsung dari kaum muslimin Mekah dan tentu dari Rasulullah SAW.

Apa yang dikatakan oleh sekelompok orang Bani Kinanah bahwa Muhammad menyebut kebaikan tuhan-tuhan mereka inilah yang disebut dengan peristiwa “fitnah Gharaniq”. Banyak versi yang dituliskan dengan pendapat yang berbeda. Namun peristiwa ini bermula dari ketika Rasul membacakan surah An Najm kepada kaum Muslimin.

Ketika itu banyak juga dari kaum musyrikin yang turut mendengarkan dengan berbagai alasan, pertama untuk menggangu dan berbuat kegaduhan yang kedua memang secara diam-diam mereka pun mengagumi ayat-ayat yang disampaikan oleh Rasululloh tersebut. Ketika ayat tersebut sampai pada ayat ke 19-20 yang berbunyi;

“Maka apakah patut kamu(org2 musyrik) menganggap (berhala) lata dan uzza. Dan manah yang ketiga, yang paling kemudian (sbg anak perempuan Allah) (Qs. An Najm, 53 :19-20)

Pada akhir ayat ke-20 tersebut Rasul berdiam sejenak. Pada saat itu suasana mulai gaduh, hiruk-pikuk “protes” dari kaum musyrikin yang hadir. Lalu terdengar suara “setan manusia” di belakang kerumunan orang banyak. Yang menambahkan 2 kalimat yang dibuatnya sendiri. Dia menirukan suara Rasul, sehingga orang-orang yang tidak berhadapan langsung dengan beliau menyangka suara itu adalah suara beliau.

Tambahan dua kalimat itu adalah: “Itu adalah bangau-bangau putih yang luhur, pertolongannya sungguh dapat diharapkan.” Mendengar suara dalam gelap itu semua yang hadir, baik golongan musyrik maupun muslim bingung mencari dari mana suara itu datang. Yang jauh dari Nabi menyangka itu suara Nabi, sedang yang dekat bingung karena melihat Nabi sedang terdiam. Suasana lalu berubah menjadi sunyi senyap. Lalu Rasul melanjutkan lagi. Sampai pada ayat terakhir yang berbunyi: “ Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).'' (QS. An Najm : 62)

Lalu semua yang hadir baik dari golongan musyrikin maupun muslimin bersujud semua bersama-sama. Kaum muslimin menyangka bahwa kaum musyrikin telah beroleh hidayah, sedangkan kaum musyrikin berprasangka bahwa Rasulullah telah mau berkompromi dengan mereka. Dikarenakan mereka pernah menyatakan bahwa mau memeluk Islam asalkan tuhan-tuhan (berhala) mereka mendapatkan tempat di dalam Islam.

No way!, Rasul tidak pernah mau berkompromi dengan mereka dalam hal tersebut, dan kita pun sudah sewajibnya tidak berkompromi untuk urusan akidah. Tidak dulu dan tidak pula sekarang. Dengan cerita ini kita dapat mengambil pelajaran agar tidak mudah terkecoh, dan tetap teguh dalam tuntunan Al Qur’an dan As Sunnah. Insya Allah!

Tidaklah lebih baik dari yang menulis ataupun yang membaca, karena yang lebih baik di sisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Ustaz Erick Yusuf: Pemrakarsa Training iHAQi (Integrated Human Quotient)       

Twitter: @erickyusuf

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement