Jumat 03 Aug 2012 16:47 WIB

Pengusaha Tahu dan Tempe di Sukabumi Kembali Produksi

   Seorang pekerja menimbang berat kedelai impor asal Amerika di gudang penyimpanan kedelai Koperasi Perajin Tempe tahu Indonesia (KOPTI) Kabupaten Bogor di jalan raya Cilendek, Bogor, Jabar.
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Seorang pekerja menimbang berat kedelai impor asal Amerika di gudang penyimpanan kedelai Koperasi Perajin Tempe tahu Indonesia (KOPTI) Kabupaten Bogor di jalan raya Cilendek, Bogor, Jabar.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Sebagian pengusaha tahu dan tempe di Sukabumi, Jawa Barat, kembali melakukan produksi di hari terakhir aksi mogok. Namun jumlah produksi mereka hanya sedikit.

"Walaupun sudah kembali berproduksi tetapi jumlah produksinya belum maksimal, karena pengusaha yang mulai melakukan produksi tahu tempe masih menghargai pengusaha yang tetap melakukan aksi mogok produksi," kata Ketua Forum Masyarakat Pengrajin Tahu Tempe Sukabumi, Dadang Jamaludi, Jumat.

Dia mengatakan, sebenarnya pengusaha sudah mulai memproduksi khususnya tahu di hari kedua aksi, tetapi untuk tempe baru hari ini. "Mereka yang kembali memproduksi dikarenakan beberapa faktor seperti untuk menggaji karyawan dan untuk menambah modal, sebab selama tidak melakukan produksi mereka tidak ada pemasukan keuangan," katanya.

Dia mengatakan, selama melakukan aksi tersebut, pihaknya juga menuntut agar pemerintah mencarikan solusi yang tepat untuk menekan harga kacang kedelai. Seperti memberikan subsidi harga dan tidak tergantung kepada kedelai impor.

"Atau menstabilkan kembali harga kedelai yakni Rp 5 ribu sampai Rp 6 ribu setiap kilogramnya. Saat ini harga kedelai masih cukup tinggi, yakni di atas Rp 7 ribu setiap kilogram. Karena dengan harga yang tinggi tersebut para pengusaha kesulitan melakukan produksi," kata Dadang.

Ia menambahkan, saat ini pihaknya juga merasa bingung untuk menaikan harga karena seperti diketahui, tahu tempe merupakan makanan untuk warga kelas menengah dan bawah. Jika harganya dinaikkan khawatir ada penolakan dari warga, di sisi lain juga jika produksinya tidak laku di pasaran maka yang ada pengusaha malah merugi.

"Maka dari itu kami ingin ada solusi yang tepat agar para pengusaha bisa terus memproduksi dan mendapatkan keuntungan yang baik. Bukan seperti sekarang ini pengusaha bukannya mendapatkan keuntungan tetapi malah merugi yang ada kerja bakti," katanya.

Seorang pedagang tahu tempe di Pasar Cicurug, Munajat mengatakan, selama aksi mogok produksi massal yang dilakukan oleh pengusaha tahu tempe, sangat mempengaruhi pasokan ke pasar. Bahkan pada hari kedua, Kamis (2/8) dirinya tidak mendapatkan pasokan tahu dan tempe.

"Untuk hari ini pasokan sudah kembali, tetapi jumlahnya belum normal karena pengusaha masih melakukan aksi mogok produksi," kata Munajat.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement