REPUBLIKA.CO.ID, Peristiwa ini membawa dampak yang amat besar dalam sejarah perkembangan Islam. Di satu sisi, hati umat Islam merasa tersayat oleh perbuatan Yazid yang tidak bertanggung jawab itu.
Di sisi lain, rasa haru dan kagum terhadap Husein semakin meluas, terutama dari kalangan keluarga Alawiyin (pengikut Ali bin Abi Talib) dan simpatisan mereka.
Rasa haru dan kagum itu akhirnya menumbuhkan hasrat untuk memperingati hari Asyura tersebut. Peringatan itu dimaksudkan untuk mengenang peristiwa gugumya Husein yang kemudian ditradisikan oleh kaum Syiah.
Pada mulanya peristiwa itu diperingati secara sederhana, yaitu dengan berziarah ke tempat peristiwa berdarah itu terjadi.
Namun, lama-kelamaan peringatan itu membudaya dan menjadi satu peringatan yang dilakukan secara besar-besaran. Pada hari itu mereka memakai pakaian berkabung dan memperbanyak sedekah.
Berdasarkan adanya keutamaan hari Asyura dan peristiwa pembunuhan terhadap Husein dan keluarganya pada hari itu, kemudian muncul hadis-hadis palsu yang secara berlebihan menggambarkan kebesaran dan keutamaan hari Asyura.
Diantara hadis yang dipandang munkar tentang keutamaan hari Asyura ialah, "Bersedekah pada hari Asyura dengan satu dirham nilainya sama dengan 70 000 dirham.”