REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Menteri Pertahanan Jerman, Thomas de Maiziere menegaskan kembali penolakannya terkait wacana intervensi militer di Suriah. Karena itu, ia menegaskan langkah diplomasi lebih baik dari aksi militer.
"Kegagalan diplomasi harus tidak secara otomatis membawa timbulnya aksi militer," ujarnya kepada surat kabar 'Welt am Sonntag', seperti dikutip AFP Ahad (5/8).
Dia mengatakan keputusan Kofi Annan untuk berhenti sebagai utusan perdamaian internasional ke Suriah tidak mengubah sikap Jerman pada pengiriman pasukan ke konflik hampir 17 bulan.
Suriah telah mengalami kerusuhan sejak pertengahan Maret 2011. Damaskus mengatakan 'penjahat, sabotase, dan teroris bersenjata berada di balik kerusuhan itu sementara Barat dan oposisi menuduh pasukan keamanan membunuh demonstran.
Pasukan Suriah telah membunuh sejumlah besar teroris dalam bentrokan antara pasukan pemerintah dan gerilyawan di seluruh negeri selama beberapa hari terakhir.
Tentara Suriah melakukan operasi di provinsi barat Hama pada Sabtu (4/8) kemarin, menewaskan puluhan gerilyawan di kota al-Rastan, sekitar 184 kilometer (114 mil) utara Damaskus.
Banyak orang, termasuk sejumlah besar pasukan keamanan, tewas dalam kekacauan di Suriah yang dimulai pada Maret 2011.
Pada 3 Agustus Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi yang tidak mengikat pada Suriah, yang diusulkan Arab Saudi, yang mengkritik Dewan Keamanan dan pemerintah Suriah. Rusia dan Cina mengecam resolusi itu dan mengatakan hal tersebut merusak upaya perdamaian.