REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa, membenarkan telah adanya pernyataan bersama para Menlu ASEAN mengenai persoalan Laut Cina Selatan. Hal ini menegaskan bahwa ASEAN tidak terbelah setelah tidak tercapainya pernyataan bersama saat forum ASEAN pada pertengahan Juli lalu.
"Sudah ada kesepakatan setelah sempat terpecah. Sekarang paling tidak kita berkomunikasi dengan Tiongkok sudah ada. Jadi tidak terbelah," katanya saat ditemui usai rapat koordinasi (rakor) dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Mabes TNI, Cilangkap, Kamis (9/8).
Ia mengatakan setelah berkomunikasi dengan beberapa negara ASEAN seperti Filipina, Vietnam, Kamboja, dan Singapura, komunikasi pun akan dilakukan bersama pemerintah Tiongkok. Rencananya, Menteri Luar Negeri, Tiongkok akan datang ke Indonesia dan bertemu dengan Presiden SBY pada Jumat (10/8).
Marty mengatakan kunjungan Menlu Tiongkok ke Jakarta ada dua tujuan. Pertama, peningkatan hubungan bilateral Indonesia-Tiongkok sebagai negara yang memiliki hubungan dialog strategis. "Tentu ini kesempatan untuk kita melihat seberapa jauh tindak lanjut dari rangkaian kunjungan tingkat tinggi yang selama ini sudah dilakukan," katanya.
Di samping itu akan dibahas masalah kawasan regional. "Dengan kami, saya kira akan dibahas masalah ASEAN, kerjasama ASEAN-Tiongkok. Dalam kerangka itu tidak tertutup dibahas masalah laut cina selatan kemudian masalah globalnya mungkin masalah Suriah," katanya.
Indonesia sendiri, lanjutnya, tidak takut untuk meminta Cina mundur dari persoalan Laut Cina Selatan. "Kenapa takut? Tak ada masalah. Kan memang ini untuk kepentingan tiongkok juga," katanya.